Materi 4. Globalisasi beserta lembar Kerja Siswa

 



Upaya Menghadapi Globalisasi


Globalisasi merupakan tantangan besar bagi setiap bangsa.  Tidak  mungkin bangsa-bangsa di dunia menutup diri di tengah ketergantungannya kepada bangsa lain. Oleh karena itu pada dasarnya negara harus mempunyai kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai bangsa yang sama-sama mempunyai hak untuk menjadi subyek globalisasi. Oleh karena itu, negara di kawasan selatan dan negara di kawasan utara dapat kerja sama mengendalikan globalisasi dengan tetap mengetengahkan aspek kehormatan dan martabat bangsa

 

Pada dasarnya negara di kawasan utara yang merupakan maju dan negara industri  sebenarnya  memiliki  ketergantungan  pada  negara  dunia  ketiga   di kawasan selatan. Ketergantungan tersebut di antaranya adalah bahwa di negara ketiga merupakan pemasok bahan baku industri dan Tempat untuk memasarkan hasil produksinya. Ketika dunia ketiga menghentikan ekspor bahan mentah, tidak mau hutang pada negara industri maju, menutup diri terhadap barang-barang hasil produksi dari negara maju, dan sebagainya, apakah mereka masih bisa disebut negara dengan super power? Untuk itu globalisasi yang sudah melanda di berbagai kawasan dunia harus diimbangi dengan terciptanya hukum internasional yang imbang di antara negara industri maju untukk tetap mau menempatkan potensi negara dunia ketiga selayaknya menyiapkan potensi diri bangsanya. Bangsa dunia ketiga tetap harus menjunjung tinggi budayanya, semangat nasionalismenya dan jiwa patriotisme mereka sehingga bangsa ini juga mampu meerankan dirinya sebagai bangsa yang kuat tangguh dan memiliki kapasitas daya saing dalam arus globalisasi. Globalisasi tetap dan akan terus berlangsung dan kita tidak bisa mencari cara untuk menghentikannya namun cara menyikapinya. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi globalisasi? Upaya tersebut bukan saja upaya menghadapi hal negatif dari globalisasi, namun juga upaya yang harus disiapkan secara positif menghadapi era globalisasi.


a.                   Upaya Menghadapi Gobalisasi Budaya


Dalam globalisasi yang merambah bidang budaya, masyarakat seharusnya selektif memilih budaya dari luar dengan mengambil kebudayaan-kebudayaan yang sesuai dengan kebudayaan lokal. Budaya lokal juga harus diangkat kembali agar tidak tergerus dan hilang akibat globalisasi. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya dengan mengadakan berbagai macam pameran, seminar, lomba kebudayaan, dan masih banyak lagi. Kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun harus pula tetap dilestarikan agar tidak ada bagian yang tertinggal. Untuk mendukung hal tersebut dapat pula dilakukan dengan menjaga tempat bersejarah, wisata budaya, wisata alam, dan berbagai hal yang berkaitan dengan adat istiadat daerah.


Apa saja cara yang mungkin dapat kita lakukan bersama agar globalisasi dalam bidang budaya di Indonesia tetap membawa pengaruh positif terhadap kebudayaan asli bangsa Indonesia? Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi globalisasi di bidang budaya adalah :

1)   Menyaring setiap budaya asing yang masuk ke Indonesia untuk kemudian diadaptasi dan digunakan bersama-sama.

2)   Mempromosikan budaya asli Indonesia ke kancah internasional untuk menumbuhkan rasa cinta budaya Indonesia

3)    Menyukai dan menggunakan produk-produk asli Indonesia.

4)    Memperkuat persatuan dan kesatuan antar warga Indonesia yang memiliki budaya beragam untuk bersatu melindungi budaya asli Indonesia agar tidak luntur terbawa arus globalisasi juga tidak hilang karena diklaim negara lain.

5)   Mematenkan setiap budaya Indonesia  serta  mempublikasikannya  agar tetap terjaga dan menjadikan masyarakat Indonesia bangga memilikinya.

6)    Berpegang teguh pada nilai religius, spiritual dan memupuk rasa kebhinekaan agar Indonesia tetap berjaya dengan budayanya.

7)    Meningkatkan kualitas nilai keimanan dan moralitas masyarakat

 


b.             Upaya Menghadapi Globalisasi IPTEK

     Upaya menghadapi globalisasi di bidang IPTEK diantaranya dapat ditempuh dengan menyaring informasi yang baik dan bermanfaat. Selain itu diperlukan adanya pengawasan dari semua pihak agar informasi yang beredar di masyarakat tidak membawa dampak negatif terutama untuk kalangan muda. Masyarakat juga harus berusaha mengikuti perkembangan IPTEK agar tidak tertinggal dari negara lain serta tidak mudah terpengaruh informasi- informasi yang masuk dari luar. Sudah banyak contoh siswa Indonesia yang mampu berkompetisi di berbagai  bidang  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi di kancah internasional. Bahkan kemenangan mereka raih dalam kompetisi mereka. Prestasi ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi di bidang IPTEK tidak kalah dengan negara lain. Namun masih diperlukan banyak upaya untuk menghadapi globalisasi yang melanda bidang IPTEK. Tahukah kamu apa saja upaya tersebut? Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

1)    Berkompetisi dalam kemajuan iptek.

2)    Meningkatkan motif berprestasi.

3)  Meningkatkan kualitas/mutu Sumber Daya Manusia terutama di bidang penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar kita mampu bersaing.

4)    Selalu berorientasi ke masa depan.

5)   Meningkatkan penguasaan kita terhadap teknologi modern di segala bidang sehingga tidak tertinggal dan bergantung pada bangsa lain.


c.                Upaya Menghadapi Globalisasi Ekonomi


Pada dasarnya negara-negara di dunia terdapat dua kutub dalam menyikapi globalisasi ekonomi ini. Kutub yang pertama adalah negara-negara yang mendukung pelaksanaan globalisasi. Negara-negara ini terdiri dari negara- negara maju dan negara-negara yang  memiliki  perekonomian  yang  kuat.  Di kutub yang lain terdapat negara-negara yang menolak pemberlakuan perdagangan bebas di dunia. Negara-negara ini biasanya merupakan negara- negara yang memiliki Sumber Daya Alam yang banyak tetapi Sumber Daya Manusia yang mengolahnya terbatas.

Indonesia memberanikan untuk berkecimpung dalam perdagangan bebas. Dengan ditandatangani AFTA berarti Indonesia telah siap ikut ambil bagian dalam perdagangan bebas. Beberapa upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi globalisasi dalam bidang ekonomi adalah.

1)    Menyiapkan SDM yang kompeten, kompetitif dan memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi kompetisi  globalisasi.

2)    Melaksanakan standarisasi dan sertifikasi bagi perusahaan dan lembaga pemerintah untuk citra, kesungguhan dan kualitas produk.

3)    Menghilangkan praktek-praktek korupsi, kolusi, nepotisme dan manipulasi.

4)    Mendorong pengusaha-pengusaha lokal khususnya pengusaha kecil dan menengah untuk berkompetisi secara sehat.

5)    Mendorong munculnya produk-produk kreatif dan inovatif dari masyarakat Indonesia.


d.             Upaya Menghadapi Globalisasi Komunikasi


Komunikasi yang berkembang di era globalisasi sangat besar manfaatnya dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian penggunaan alat komunikasi juga sebaiknya di lihat kebermanfaatannya. Upaya apa yang dapat dilakukan dalam upaya globalisasi di bidang komunikasi?

1)    Memilih dan memanfaatkan alat komunikasi secara tepat dan sebaik- baiknya sesuai dengan fungsi dan kebutuhan.

2)    Memanfaatkan alat komunikasi demi kemajuan masa depan dan tidak menyalah gunakannnya.

3)    Memilih informasi dengan tepat dan bijaksana agar tidak mudah terpengaruh dan terhasut oleh informasi yang salah.

 

e.                Upaya Menghadapi Globalisasi Tranportasi


Globalisasi di bidang transportasi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam pemilihan alat transportasi. Alat transportasi yang modern dan cepat dalam membantu mobilitas manusia menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan alat transportasi. Sehingga alat transportasi lokal atau yang kurang modern menjadi tersisih. Untuk  menjangkau  tempat  yang  dekat  saja terkadang mereka tetap memanfaatkan alat transportasi, padahal dapat dijangkau dengan jalan kaki. Lalu bagaimana cara menghadapi agar globalisasi di bidang transportasi lebih tepat dan efisien?

1)    Memanfaatkan alat transportasi sesuai dengan jarak dan waktunya.

2)    Menggunakan alat transportasi tidak berlebihan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

3)    Menjaga keberadaan alat transportasi lokal sebagai salah satu khasanah budaya.

 

Upaya yang dilakukan dalam menghadapi globalisasi tersebut hanya bersifat mengantisipasi agar tidak terjadi pengaruh globalisasi yang negatif. Globalisasi agar dimanfaatkan secara tepat dan bermanfaat. Melalui upaya dan sikap yang tepat diharapkan dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dapatkah kamu menemukan cara lain dalam upaya menghadapi globalisasi?

 


Contoh Modernisasi dan Globalisasi


Video tentang kehidupan masyarakat Baduy



Lembar Kerja Siswa

Subtema : Dampak globalisasi dan upaya/sikap masyarakat menghadapi arus globalisasi.

  1. Antara Baduy Luar, Baduy Dalam, dan Globalisasi
Dalam hal makanan, orang Baduy tergolong sangat fanatik. Mereka tidak mau menyantap makanan selain makanan tradisional yang mereka santap setiap hari. Maklum, masyarakat yang tinggal di pedalaman Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, ini sangat memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka hingga saat ini. Mereka tidak akan menyantap jenis makanan yang tidak dimakan nenek moyang mereka. Mereka juga tidak akan melakukan kebiasaan yang dulunya tidak pernah dilakukan nenek moyang mereka. Kebiasaan mandi tidak menggunakan sabun masih berlangsung hingga saat ini. Tidak memakai sabun mandi bukan berarti mereka tidak punya uang, tetapi benar-benar demi mengikuti kebiasaan orangtua mereka. Kalau ada warga Baduy yang coba-coba memakai sabun saat mandi dan sampai ketahuan, pasti mendapat teguran keras. Teguran ini bisa berujung pada pemecatan sebagai warga Baduy Dalam.
Akan tetapi, orang Baduy adalah manusia biasa yang punya keinginan untuk sedikit berbeda. Ketika di antara mereka berjalan-jalan menuju daerah lain atau bahkan hingga Jakarta dengan berjalan kaki, ada juga yang ingin mencoba minuman Sprite atau Coca-Cola. “Saya pernah makan di McDonald,” tutur Jakri (29), salah seorang warga Baduy Dalam. Makan di restoran waralaba dari Amerika Serikat itu rasanya bukan hal yang aneh, namun terasa janggal untuk Jakri yang berasal dari Kampung Cibeo, Kecamatan Leuwidamar. Masyarakat Baduy hidup dengan aturan adat yang ketat. Di Baduy Dalam, pikukuh atau aturan adat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Hal ini berbeda dengan Baduy Luar yang masih memperbolehkan naik kendaraan. Meskipun melihat berbagai barang berteknologi yang dibawa oleh wisatawan, masyarakat Baduy Dalam masih mempertahankan adat mereka. Mereka masih “setia” berjalan kaki, mengedepankan kejujuran, menolak mencemari lingkungan (tanah dan air), dan tidak merokok. Baduy Dalam menerapkan adat lebih ketat dibandingkan dengan Baduy Luar. Salah satu perbedaannya, warga Baduy Luar diperbolehkan berkendaraan. apa yang dibawa masyarakat luar-sepanjang tidak bertentangan dengan adat-tidak memengaruhi kehidupan masyarakat Baduy Dalam. Dalam keseharian, kaum lelaki dari Baduy Dalam menggunakan ikat kepala putih. Kecuali pu’un atau pemimpin adat, para lelaki menggunakan baju hitam dan sarung selutut berwarna biru tua bercorak kotak-kotak. Kaum perempuan menggunakan sarung batik biru, kembenbiru, baju luar putih berlengan panjang. Gadis gadis menggunakan gelang dan kalung dari manik. Lelaki dari Baduy Luar menggunakan ikat kepala biru bermotif batik. Perempuannya menggunakan kain batik dan baju biru tua atau hitam. Namun, banyak juga di antara mereka berkaus dan bercelana jins.
Menurut Yuli (33), warga Baduy Luar, dalam sebulan ratusan orang datang ke Baduy. Mereka berlatar belakang pendidikan, ekonomi, dansosial yang beragam. Interaksi warga Baduy dengan masyarakat lain menyebabkan perubahan gaya hidup warga Baduy. Kalau dulu masyarakat Baduy cukup makan dengan nasi, ikan asin dan garam, kini mereka gemar makan mi instan. Menurut Nasib (25), salah seorang pedagang makanan yang berkeliling dari Baduy Luar hingga Baduy Dalam, rata-rata sepekan ia bisa menjual 10 kardus atau 400 bungkus mi instan. Tak cuma mi instan, menyantap spageti dengan sumpit pun tidak membuat mereka kikuk. Awal September lalu, Narpa (45) dan dua anaknya, serta beberapa lelaki Baduy lahap menyantap makanan Italia yang disajikan tamu dari Jakarta yang menginap di rumahnya. Hanya istri Narpa saja yang mengaku tidak doyan. Pergeseran selera makan pun terjadi pada anak-anak. Jarmin (46), warga Kampung Cibeo, mengaku, di masa anak-anak ia hanya memakan pisang bakar sebagai camilan. Kini ia harus mengeluarkan Rp 10.000 untuk jajan tiga anaknya yang gemar camilan-camilan dalam kemasan, permen, atau minuman kemasan. Penjual makanan datang dari luar Cibeo sebab masyarakat Baduy Dalam tidak diperkenankan berdagang oleh adat. Peraturan adat hanya melarang masyarakat Baduy untuk makan daging kambing, anjing, dan kucing serta minum sesuatu yang memabukkan. Aturan ini menyebabkan es lilin, minuman ringan (soft drink), susu, roti, dan makanan ringan dengan mudah diterima masyarakat Baduy. Jika bepergian ke kota, orang Baduy Dalam biasa membawa oleh-oleh buah-buahan atau makanan yang tak ada di kampungnya. “Habis enggak ada lagi yang boleh dibeli,” ungkap Sanif (25), warga Baduy Dalam berambut gondrong yang biasa membawa jeruk, apel, anggur, dan kelengkeng. Di Jakarta, beberapa kali mereka dijamu makan di restoran mewah oleh kenalannya. Jangan heran kalau orang-orang Baduy Dalam bisa bercerita soal Toserba Sarinah atau Mal Pondok Indah.
Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat lain, mereka menonton televisi, menggunakan jam tangan, dan bahkan memiliki radio. “Kalau boleh beli motor, mau juga sih punya,” kata Saliya (27) sambil tertawa. Orang Baduy Luar maupun Dalam kadang-kadang nonton televisi dirumah warga luar Baduy. Orang-orang Cibeo menonton di Ciboleger yang jaraknya sampai 12 km. Sementara orang Baduy dari Kampung Batu belah menonton ke Cijahe yang jaraknya 3 km. “Kalau malam, orang-orang Baduy datang dengan membawa obor untuk menonton televisi,” tutur Acih, seorang warga Cijahe. “Nonton mah meunang. Mun boga tivi, teu meunang ku adat,” ujar Kuenci (67), buruh tani yang mengatakan bahwa adat tidak melarang mereka menonton, yang tidak diperbolehkan adalah memiliki televisi. Kuenci selalu mampir untuk menonton televisi sepulang bertani di Leuwidamar. Jumat (3/9) siang, ia tengah menonton siaran berita, mengaku meski tak mengerti bahasa Indonesia, tapi ia menyukai gambar-gambar bergerak di televisi. Sanip (28) yang tiga bulan lalu berganti status dari Baduy Dalam menjadi Baduy Luar pun sudah menggunakan jam tangan. Begitu juga Saliya yang sejak lahir berstatus warga Baduy Luar. “Jam ini dikasih teman tahun kemarin,” ucap Saliya. Ia mengaku belajar membaca jam tangan selama setahun. Buat Saliya dan Sanip, fungsi jam tidak hanya sebagai penunjuk waktu, tetapi juga untuk “gaya-gayaan”. Saliya yang berasal dari Kampung Kaduketug dan Sanip dari Kampung Balimbing menanggalkan jam tangan sebelum masuk kampungnya. “Tidak berani pake, takut kena marah orang tua atau jaro,” kata Saliya, ayah dua anak ini. Jaro adalah wakil dari pemimpin adat yang berhubungan langsung dengan warga. Jaro terdapat di setiap kampong Baduy. Jaro berkedudukan di bawah pu’un. Di Kampung Kaduketug (Baduy Luar), banyak warga memiliki radio. Setiap sebulan sekali, jaro memperingatkan warga agar selalu taat pada adat. “Sebetulnya sih takut. Tapi jaro-nya juga punya,” kata Antiwin (26). Tak cuma radio, Yuli warga Baduy Luar bahkan sudah punya telepon seluler atau ponsel. Beberapa warga Baduy Dalam, meski tak punya ponsel dan tak dapat baca-tulis, dapat menggunakan telepon. Jangan kaget jika ada orang Baduy Dalam bilang, “Saya minta alamat dan nomor HP kamu, ya.” “Saya suka telepon lewat wartel di Ciboleger. Tadinya memang enggak kenal angkanya. Tetapi, disamakan saja antara gambar nomor ditelepon dan dicatatan saya,” ungkap Jarmin.
Orang Baduy sehari-hari berbahasa Sunda kasar. Bahasa yang dipakai mereka tidak mengenal tingkatan bahasa atau pemakaian bahasa berdasarkan status sosial. Rasa hormat pada orang lain tidak diperlihatkan lewat kata-kata khusus, tetapi lewat tingkah laku mereka. Adat mengharuskan mereka berbahasa Sunda untuk mempertahankan kemurnian budaya masyarakat. Namun, tak sulit menemukan orang Baduy yang bisa berbahasa Indonesia, terutama di Baduy Luar. Mereka yang fasih berbahasa Indonesia biasanya orang-orang yang sering bepergian ke kota. Selain berbahasa Indonesia, beberapa orang Baduy Dalam bisa pula menggunakan kata-kata berdialek Betawi, bahkan mengeluarkan kosakata bahasa Inggris. Orang Baduy juga senang bercanda, tetapi hanya dengan orang yang sudah dikenalnya. “Kalau belum kenal, saya diam saja,” aku Sanif yang sering bercanda dan saling bertukar pengetahuan bahasa Indonesia dengan teman-temannya. Sanif juga bisa berdialek Betawi karena sering berdagang di Jakarta.


2.     Pertanyaan Analisis Nilai
a.     Menurut kalian pergeseran budaya warga baduy luar yang digambarkan dalam cerita di atas menggambarkan pengaruh negatif globalisasi atau justru merupakan pengaruh positif dari globalisasi!
b.     Analisis oleh kalian apakah mempertahankan adat budaya lebih penting daripada menerima pengaruh-pengaruh luar yang memberi kemudahan dalam aktifitas atau tidak!
c.     Apabila kalian menjadi bagian dari warga baduy luar apa yang akan kalian lakukan mempertahankan budaya baduy asli atau menerima pengaruh-pengaruh budaya luar!
d.     Apabila kalian menjadi bagian dari warga baduy dalam apa yang akan kalian lakukan terhadap budaya luar yang menambah pengetahuan kalian!
e.     Apabila kalian menjadi pendatang untuk warga baduy apa yang akan kalian lakukan dan informasikan pada warga baduy!
f.     “Nonton mah meunang. Mun boga tivi, teu meunang ku adat,” ujar Kuenci (67), buruh tani yang mengatakan bahwa adat tidak melarang mereka menonton, yang tidak diperbolehkan adalah memiliki televisi. Menurut kalian apabila kalian menjadi Kuenci salah seorang warga baduy dalam, apakah menonton akan lebih banyak membawa pengaruh positif terhadap adat baduy atau membawa pengaruh negatif!
g.     Jangan kaget jika ada orang Baduy Dalam bilang, “Saya minta alamat dan nomor HP kamu, ya.” “Saya suka telepon lewat wartel di Ciboleger. Tadinya memang enggak kenal angkanya. Tetapi, disamakan saja antara gambar nomor ditelepon dan dicatatan saya,” ungkap Jarmin Warga Baduy Dalam. Jika kalian menjadi salah seorang warga baduy dalam, apakah alat komunikasi akan mengganggu aktifitas kehidupan adat kalian atau menambah pengetahuan dan jaringan komunikasi kalian?
h.   Apabila kalian menjadi bagian dari warga baduy dalam, baduy luar, dan menjadi pendatang dari warga baduy tuliskan sikap-sikap/upaya yang akan kalian lakukan dalam menghadapi pengaruh globalisasi dalam arus teknologi dan informasi.

Warga Baduy Dalam
Warga Baduy Luar
Pendatang






















    
    Lembar Jawaban LKS dikerjakan di bawah ini!

Posting Komentar

0 Komentar