“….katakanlah dunia secara keseluruhan mungkin bisa beradaptasi hingga kenaikan suhu 2 derajat Celsius (yang itupun masih mengorbankan beberapa spesies, tempat dan orang), bagaimana jika suhu terus meningkat hingga 4 derajat Celcius (dan situasinya sekarang menuju ke tingkat ini), maka semua taruhan tidak berlaku. Dengan kata lain, kemampuan kita untuk memprediksi berakhir. "
Saleemul Huq,
climate
change expert
Informasi
Dasar Perubahan Iklim
Apa itu
perubahan Iklim?
Perubahan
iklim sebenarnya sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Meskipun belum
tentu semua orang memahami konsep
perubahan iklim namun bisa dipastikan bahwa semua
orang bersentuhan langsung dengan perubahan iklim. Perkembangan
media massa dan kemajuan teknologi komunikasi masa kini semakin memudahkan
orang untuk mengakses sumber-sumber berita.
Seluruh
kehidupan di muka bumi ini sangat dipengaruhi oleh iklim. Oleh karenanya manusia,
binatang, tumbuhan bahkan mahkluk kecil tidak kasat mata bisa bertahan hidup
karena menyesuaikan diri dengan iklim, termasuk apabila terjadinya perubahan
pada kondisi iklim. Petani di Lembata misalnya tahu kapan saatnya memulai untuk
menanam jagung, atau kapan waktu yang tepat untuk menanam padi.
Fenomena yang
kurang lebih sama juga bisa kita amati pada beberapa jenis tanaman, dimana
untuk menyesuaikan diri dengan datangnya musim kemarau pohon jati atau bunga
flamboyan harus menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan air.
FAQ
Apakah dengan
demikian perubahan iklim itu identik dengan pergantian musim hujan dan musim
kemarau? Lalu apa bedanya dengan perubahan cuaca? Apakah perubahan iklim sama
dengan perubahan cuaca? Agar kita memiliki dasar pemahaman yang sama bagian ini
akan membahas tentang pengertian cuaca, iklim, mengapa terjadi perubahan iklim,
apa saja dampak perubahan iklim serta aksi-aksi yang bisa dilakukan untuk
menyesuaikan terhadap dampak perubahan iklim.
Cuaca
Pernahkah
kita menyaksikan acara prakiraan cuaca di sebuah stasiun televisi? Di acara
prakiraan cuaca penyiar selalu menginformasikan kondisi kota-kota di Indonesia
seperti; Kota Kupang pagi cerah, sore berawan; Jakarta
pagi berawan, malam hujan ringan hingga hujan sedang; Jayapura pagi hingga malam hujan ringan; Surabaya pagi hingga malam
berawan dan sebagainya. Dalam kehidupan
sehari-hari kita pasti mengalami perubahan-perubahan
sebagaimana disebutkan di atas. Hujan tiba-tiba berubah
dengan cepat menjadi panas atau sebaliknya. Kondisi kota-kota yang berbeda pada
saat yang sama sebagaimana disebutkan di atas
adalah fenomena cuaca. Perubahan-perubahan di atas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
temperatur/suhu, cahaya matahari, kelembaban
udara, tekanan udara, atau kecepatan angin. Secara sederhana cuaca bisa didefinisikan sebagai keadaan
udara/atmosfer yang terjadi pada satu tempat
tertentu dalam jangka waktu yang
terbatas/singkat.
Iklim
Iklim adalah
kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara, atau kondisi lainnya dalam
jangka waktu yang panjang biasanya 30 tahun atau lebih. Sementara itu
pengertian iklim sebagaimana disepakati dalam WCC tahun 1979 menyebutkan sebagai
sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang yang secara statistik cukup
dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan
pada setiapsaatnya (World Climate Conference: 1979).
Perbedaan
antara cuaca dan iklim bisa ditentukan dari perbedaan luas daerah liputan dan
lamanya waktu pengamatan. Cuaca dikenal sebagai keadaan udara setempat yang
memiliki wilayah cakupan yang lebih
sempit dibandingkan dengan iklim yang meliputi wilayah yang luas. Keadaan cuaca
ditentukan dengan pengamatan yang singkat (24 Jam), sementara keadaan iklim
ditentukan setelah melalui pengamatan yang lama.
Macam-Macam Iklim Di Indonesia
Iklim di Indonesia hampir seluruhnya
tropis. Suhu bervariasi sedikit dari musim ke musim, dan Indonesia relatif
mengalami sedikit perubahan pada panjang siang hari dari satu musim ke musim
berikutnya. Hal ini memungkinkan tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun. Variabel
utama iklim di Indonesia tidak suhu atau tekanan udara, namun curah hujan.
Iklim yang di kenal di Indonesia ada
antara lain terdiri dari iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan
iklim laut.
1. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim Muson
terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah tiap-tiap
setengah tahun sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim Barat Daya
dan Angin Musim Timur Laut.
- Angin Musim Barat Daya. Angin Musim Barat
Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya
basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan
- Angin Musim Timur Laut. Angin Musim Timur
Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya
kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim
kemarau.
2. Iklim Tropika (Iklim Panas)
Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia
termasuk daerah tropika (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas
mengakibatkan negara Indonesia beriklim tropika (panas), Iklim ini berakibat
banyak hujan yang disebut Hujan Naik Tropika. Sebuah iklim tropis adalah iklim
yang tropis . Dalam klasifikasi iklim Köppen itu adalah non- kering iklim di
mana semua dua belas bulan memiliki temperatur rata-rata di atas 18 ° C (64 °
F). Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari
permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim
tropis adalah sebagai berikut:
· Suhu udara rata-rata tinggi, karena
matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di
beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.
· Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di
katulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
· Tekanan udaranya rendah dan perubahannya
secara perlahan dan beraturan.
· Hujan banyak dan lebih banyak dari
daerah-daerah lain di dunia
3. Iklim Laut.
Negara
Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan Indonesia
dikelilingi oleh laut atau samudra. Itulah sebabnya di Indonesia terdapat iklim
laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak mendatangkan hujan. Iklim laut berada
di daerah Tropis dan sub tropis.
Ciri iklim laut
di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai
berikut:
- Suhu rata-rata tahunan rendah,
- Amplitudo suhu harian rendah/kecil,
- Banyak awan,
- Sering hujan lebat disertai badai.
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
- Amplituda suhu harian dan tahunan kecil;
- Banyak awan;
- Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan
rintik-rintik;
- Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi
tidak mendadak dan tiba-tiba.
Unsur iklim yang menarik untuk dikaji di
Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai
pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial
dan lokal. Pola hujan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola masing-masing.
Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit.
Keunggulan iklim Muson tropis diantaranya adalah temperatur yang tidak terlalu ekstrem. Dengan kata lain tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Disamping itu, iklim Muson tropis juga mengakibatkan terjadinya musim penghujan dan musim kemarau yang senantiasa berganti setiap setengah tahun atau 6 bulan sekali. Keadaan ini menyebabkan masyarakat Indonesia dapat melakukan kegiatan ekonomi sepanjang tahun. Berbeda dengan beberapa negara lain seperti Eropa dan Australia, musim dingin menyebabkan masyarakat kesulitan melaksanakan kegiatan ekonomi.
Keunggulan masyarakat yang tinggal di
daerah beriklim Muson tropis misalnya dapat bekerja sepanjang tahun dan dapat
menanam tanaman sepanjang tahun. Sedangkan kekurangan masyarakat yang tinggal
di daerah beriklim tropis misalnya ada yang menjadi pemalas karena tidak
memiliki tantangan berat.
Penyebab Perubahan Iklim
Perubahan
Iklim dan Beragam Penyebabnya
Perubahan
iklim dipahami sebagai proses berubahnya pola dan intensitas unsur iklim pada
periode waktu yang dapat dibandingkan, biasanya dalam kurun waktu rata-rata 30
tahun. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, perubahan iklim didefinisikan sebagai berubahnya
iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktifitas manusia
sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu
juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun
waktu yang
dapat dibandingkan. Perubahan iklim dapat diamati dengan adanya perubahan pola,
intensitas atau pergeseran paramater utama iklim yang meliputi curah hujan,
suhu, kelembaban, angin (magnitude dan arah), tutupan awan dan penguapan. Kita
tidak bisa dengan mudah mengamati perubahan iklim, karena hal itu terjadi dalam
periode waktu yang cukup lama. Namun, kita mungkin pernah mendengar orang tua
atau kakek kita mengatakan bahwa musim panas saat ini lebih panas dibandingkan ketika
mereka masih anak-anak atau ketika tumbuh dewasa, atau sebaliknya saat ini
lebih panjang musim hujannya dibandingkan saat mereka masih muda. Ilmuwan telah
menyelidiki masa lalu bumi dan mengamati iklim saat ini, dan telah menemukan
fakta bahwa planet ini mengalami pemanasan cepat.
Jadi, mengapa
terjadi perubahan iklim?
Faktor Alam
Pada batas
tertentu, iklim kita selalu berubah. Para ilmuwan mengetahui hal ini dengan
mempelajari iklim bumi sejak ratusan ribu tahun yang lalu! Mereka melakukan ini dengan
mempelajari gas yang terperangkap es di
tempat-tempat seperti Greenland dan Antartika, atau sedimen dari bagian bawah
laut atau danau. Catatan ini menunjukkan kepada kita bahwa iklim bumi berubah jauh sebelum manusia berkeliaran
di planet. Ada zaman es ketika es di kutub
membentang sepanjang jalan ke khatulistiwa.
Bahkan, lebih dari 400.000 tahun yang lalu, iklim
bumi telah bergerak antara periode glasial dingin (zaman es) dan periode interglasial hangat. Saat ini kita dalam
periode interglasial.
Jadi apa
faktor-faktor yang memengaruhi iklim bumi?
Mari kita
pelajari lagi pada bagian selanjutnya.
Energi
Matahari
Jumlah
radiasi, atau energi matahari yang mencapai bumi memainkan peran besar pada iklim
bumi dan jumlahnya berubah sepanjang waktu.
Es Kutub
Utara dan Selatan
Es di kutub
adalah lapisan es yang sangat luas yang terletak di Kutub Utara maupun kutub
Selatan. Bagian yang tertutup es itu bisa memiliki ketebalan tiga hingga empat
meter di Kutub Utara dan bahkan lebih tebal di Kutub Selatan (Antartika). Pada
dasarnya kutub Utara adalah lautan beku dengan lingkaran Arktik di sekelilingnya
berupa daratan. Sedangkan Antartika atau Kutub Selatan terdiri dari banyak
sekali gunung – gunung es dan danau hingga lautan. Wilayah Antartika kerap
lebih disebut sebagai benua. Jumlah es di kutub selatan diperkirakan merupakan
90 persen jumlah es di planet bumi ini. Kutub Utara maupun Kutub Selatan ini
paling sedikit menerima sinar matahari, itulah sebabnya daerah ini selalu
membeku.
Benua
Antartika jauh lebih dingin daripada Arktik sehingga bahkan terdapat lapisan es
di sana yang tidak pernah meleleh sepanjang sejarah. Temperatur rata-ratanya
-49 derajat Celcius. Suhu terdingin pernah tercatat pada 21 Juli 1983 sebesar
-89,6 derajat Celcius di Stasiun Vostok, dekat kutub geomagnetik selatan.
(Kompas, 21 januari 2008). Sementara
suhu pada benua Arktik lebih rendah dengan suhu terdinginnya adalah -34 derajat
celcius sehingga lubang ozon yang terbentuk di kutub selatan lebih besar
dibandingkan dengan kutub utara. Luas lubang ozon di kutub selatan, Antartika
hampir seluas benua Eropa. Kendati demikian, lubang ozon di kutub utara
disebutkan semakin membesar dari tahun ke tahun yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pada lapisan stratosfer.
Kekuatan El
Nino dan La Nina
El
Nino-Southern Oscillation (ENSO), yang dikenal sebagai ElNino, adalah fenomena
alam yang terjadi ketika air di Pasifik dekat Equator menjadi luar biasa hangat
dan mengubah hujan dan pola angin di seluruh dunia. Kondisi sebaliknya, disebut
La Niña, adalah ketika air di Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya. Kedua
El Nino dan La Niña dapat menyebabkan beberapa cuaca yang tidak biasa di dunia,
dan fenomena ini adalah bagian alami dari variasi iklim.
Fenomena El
Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang,
tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino
tersebut.
Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Dampak El Nino di Indonesia yang bisa kita amati adalah terjadinya kemarau panjang. Sebagian besar kejadian-kejadian El-Nino itu, mulai berlangsung pada akhir musim hujan atau awal hingga pertengahan musim kemarau yaitu bulan Mei, Juni dan Juli. El-Nino tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 adalah dua kejadian El-Nino terhebat yang pernah terjadi di era modern dengan dampak yang dirasakan secara global termasuk di Indonesia.
Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Dampak El Nino di Indonesia yang bisa kita amati adalah terjadinya kemarau panjang. Sebagian besar kejadian-kejadian El-Nino itu, mulai berlangsung pada akhir musim hujan atau awal hingga pertengahan musim kemarau yaitu bulan Mei, Juni dan Juli. El-Nino tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 adalah dua kejadian El-Nino terhebat yang pernah terjadi di era modern dengan dampak yang dirasakan secara global termasuk di Indonesia.
Di Indonesia,
masih jelas dalam ingatan kita, pada tahun 1997 terjadi bencana kekeringan yang
luas. Kejadian hampir sama bahkan dengan dampak yang lebih parah terulang
kembali di tahun 2015. Pada kejadian El Nino 1997, kasus kebakaran hutan di Indonesia
menjadi perhatian internasional karena asapnya menyebar ke negara-negara
tetangga. Kebakaran hutan yang melanda banyak kawasan di Pulau Sumatera dan
Kalimantan saat itu, memang bukan disebabkan oleh fenomena El-Nino secara langsung.
Namun kondisi udara kering dan sedikitnya curah hujan
telah membuat
api menjadi mudah berkobar dan merambat dan juga sulit dikendalikan. Di sisi
lain, kekeringan dan kemarau panjang juga menyebabkan banyak wilayah sentra
pertanian mengalami gagal panen karena distribusi curah hujan yang tidak memenuhi
kebutuhan tanaman.
Sementara
dampak El Nino 2015 menyebabkan kemarau panjang di sejumlah wilayah di
Indonesia khususnya di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Setidaknya kekeringan telah melanda 16
provinsi di 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan di
Indonesia hingga akhir Juli 2015. Lahan
pertanian seluas 111 ribu hektar juga mengalami
kekeringan. Kejadian ini juga menyebabkan terjadi defisit air sekitar 20 milyar
meter kubik (BNPB, 2015).
Pusat prakiraan iklim Amerika (Climate Prediction Center) mencatat bahwa sejak tahun 1950, telah terjadi setidaknya 22 kali fenomena El-Nino, 6 kejadian di antaranya berlangsung dengan intensitas kuat yaitu 1957/1958, 1965/1966, 1972/1973, 1982/1983, 1987/1988 dan 1997/1998. Intensitas El-Nino secara
numerik
ditentukan berdasarkan besarnya penyimpangan suhu permukaan laut di Samudra
Pasifik equator bagian tengah. Jika menghangat lebih dari 1.5°C, maka El-Nino
dikategorikan kuat. Berkebalikan dengan El-Nino, fenomena La-Nina justru menyebabkan
semakin meningkatnya curah hujan di Indonesia.
El-Nino
& La-Nina
El-Nino, dalam bahasa Spanyol artinya “anak lelaki”,
sedangkan La-Nina artinya “anak perempuan”. Menurut sejarahnya para nelayan Peru dan Ekuador
yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik
bagian timur melihat fenomena meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya
dingin (sekitar bulan Desember). Fenomena ini
mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya
akan ikan menjadi berkurang. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu
mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya
upwelling.
Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina, Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun. Ketika La-Nina datang, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La-Nina karena mungkin bisa terjadi banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La-Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina, Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun. Ketika La-Nina datang, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La-Nina karena mungkin bisa terjadi banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La-Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
Efek Rumah
Kaca
Istilah efek
rumah kaca diambil dari rumah kaca
yang biasa dipakai untuk kegiatan berkebun dan bercocok tanam, yang terbuat
dari kaca atau plastik yang memerangkap panas dari matahari di dalam, sehingga
lebih hangat daripada di luar. Hal ini memungkinkan
kita untuk menanam jenis tanaman yang memerlukan kondisi lebih hangat (misalnya
tanaman tomat). Gas rumah kaca seperti
karbon dioksida (disingkat CO2) di atmosfer bumi memiliki efek yang sama
sebagai rumah kaca. Gas-gas ini memantulkan beberapa energi kembali ke bumi dan
mencegahnya untuk lepas kembali keluar angkasa. Sebenarnya, Efek rumah kaca
inilah yang menyebabkan suhu rata-rata bumi kita menjadi hangat dan nyaman berkisar
pada 15 ° Celcius (59 derajat Fahrenheit). Tanpa itu, bumi
akan memiliki suhu rata-rata sekitar -19° C (sangat dingin!) dan akan menyebabkan suhu ekstrim sedemikian rupa
sehingga tidak bisa mendukung kehidupan. Namun demikian, dalam perkembangannya,
aktifitas manusia menyebabkan suhu bumi semakin ‘panas’.
Bacaan lebih
lanjut tentang El-Nino dan La-Nina untuk Guru dan Peserta Didik:
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Publikasi/Artikel/Sejarah_Dampak_El_Nino_di_Indonesia.bmkg#ixzz47pQfHbPz
http://geografiuntukmu.blogspot.co.id/2011/04/apa-itu-el-nino-dan-lanina-serta-apa.html
Gambar 1:
Proses terjadinya efek rumah kaca
Jenis-jenis
gas rumah kaca dan sumbernya
Berdasarkan
panduan IPCC 1996 yang telah direvisi, yang dikategorikan sebagai gas rumah
kaca adalah CO2, metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC,
merupakan kelompok gas), perfluorokarbon (PFC, merupakan kelompok gas), dan
sulfur heksafluorida (SF6). Gas-gas inilah yang juga menjadi acuan pada
Protokol Kyoto (1997). Gas rumah kaca lain yang terdapat pada panduan IPCC 2006
adalah nitrogen trifluorida (NF3), trifluorometil sulfur pentafluorida
(SF5CF3), eter terhalogenasi,
dan halokarbon lain.
Dalam
troposfer terdapat gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca dan
pemanasan global. Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai
akibat pencemaran. Gas Rumah Kaca yang berada di atmosfer (troposfer) dihasilkan
dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan
bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkit tenaga listrik,
kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu, Gas Rumah Kaca juga
dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan, dan perubahan pemanfaatan
lahan, seperti pertanian, pemukiman, industri, dan peternakan.
Gas Rumah
Kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti H2O (uap air), CO2 (karbon
dioksida), O3 (ozon), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC (cholorofluorokarbon
: CFC R-11 dan CFC R-12), dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS, dan SF6 .
Uap Air (H20)
Uap air
adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap
sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan
aktifitas manusia secara langsung memengaruhi
konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik
(akibat aktifitas manusia) akan menyebabkan
meningkatnya kandungan uap air di troposfer,
dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya
konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek
rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di
atmosfer. Keadaan ini terus berlanjut sampai
mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan).
Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik
positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam
jumlah uap
air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.
Karbondioksida
(CO2)
Manusia telah
meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka
membakar bahan bakar fosil, limbah
padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan
kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan
pertanian.
Walaupun
lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer,
aktifitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari
kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul
karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi
karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Pada tahun 2013,
satelit NOAA di Hawai mencatat konsentrasi karbondioksida mencapai 400 ppm.
IPCC telah memperingatkan, jikalau melebihi 450 ppm, dikhawatirkan peningkatan
suhu rata-rata bumi mencapai 2°C. Padahal masyarakat global saat ini berusaha
untuk menghindari kenaikan temperatur melebihi 1.5°C. Jika prediksi saat
ini benar,
pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi
yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga
kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
Metana (CH4)
Metana yang
merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan
insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila
dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi
batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan
limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan
oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana
di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
Nitrogen
Oksida (N20)
Nitrogen
oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari
pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300
kali lebih besar dari karbondioksida.
Konsentrasi gas ini telah
meningkat 16
persen bila dibandingkan masa pre-industri.
Gas lainnya
Gas rumah
kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi
dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk
selama manufaktur
berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan
(furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan
klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang
selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang
melindungi bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di
atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti
peraturan yang ditetapkan dalam Protokol
Montreal tentang substansi-substansi yang menipiskan lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit
dilepas ke udara.
Para ilmuwan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuwan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.
Para ilmuwan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuwan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.
Gunung berapi
Benarkah
letusan gunung berapi merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global?.
Letusan gunung berapi menyemburkan aliran lahar panas 700-1200 ° C (1292-2192 °
F), selain itu sebenarnya gunung berapi juga melepaskan sejumlah besar gas dan
partikel ke dalam atmosfer, yang dapat mengubah jumlah radiasi matahari mencapai
permukaan bumi sehingga menyebabkan pendinginan planet ini. Sebagai contoh,
ketika Gunung Pinatubo di Filipina meletus pada tanggal 15 Juni 1991, meluncurkan
sekitar 20 juta ton sulfur dioksida tinggi ke atmosfer. Sulfur dioksida menciptakan
partikel awan besar yang menutupi bumi dan bertahan di lapisan atmosfer selama
dua tahun. Akibatnya sinar matahari terpantul ke angkasa, dan menghalanginya
mencapai permukaan tanah. Hal ini menyebabkan pendinginan global sementara.
Peristiwa serupa juga terjadi sebelumnya ketika Gunung Tambora meletus di bulan
April 1815. Selain merenggut nyawa tidak kurang dari 92.000 jiwa, letusan
Gunung Tambora juga menyebabkan tahun tanpa musim panas di Amerika Utara dan
daratan Eropa di tahun 1816. Ini terjadi akibat debu letusan Tambora
menimbulkan perubahan iklim drastic sehingga banyak panen gagal dan kematian
ternak di belahan bumi bagian utara dan menyebabkan kelaparan terburuk pada
abad ke-19.
Bacaan lebih
lanjut tentang Gas Rumah Kaca Untuk Guru serta Peserta Didik:
http://basoarif10ribu.blogspot.co.id/2013/02/gas-rumah-kaca- adalah-gas-gas-yang.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca
Faktor
Manusia
Revolusi Industri
Sepanjang
sejarahnya, aktifitas manusia telah menyebabkan dampak terhadap lingkungan mereka
dan makhluk lain di planet ini. Hal ini terutama ketika manusia mulai membuat
permukiman dan mengembangkan kota, menyebabkan perubahan besar dalam lanskap, seperti
aktifitas penebangan hutan, pembangunan permukiman dan jalan, menggunakan lahan
bercocok tanam dan pada akhirnya menyebabkan binatang punah.
Manusia
mulai menimbulkan dampak besar terhadap atmosfer sejak beberapa ratus tahun
yang lalu, selama Revolusi Industri di Benua Eropa antara tahun 1760 dan 1850.
Orang-orang mulai membakar bahan bakar fosil dalam jumlah besar (seperti minyak
bumi, batubara dan gas alam) dan terjadi perubahan besar dalam mengelola
lahan pertanian.
Hal ini menyebabkan pelepasan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer. Karena penduduk dunia dan ekonomi terus bertumbuh, maka semakin besar gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Mari kita lihat aktifitas manusia yang memiliki dampak terbesar saat ini.
Hal ini menyebabkan pelepasan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer. Karena penduduk dunia dan ekonomi terus bertumbuh, maka semakin besar gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Mari kita lihat aktifitas manusia yang memiliki dampak terbesar saat ini.
Bacaan lebih
lanjut tentang Gunung Berapi untuk Guru serta Peserta Didik:
http://ete.cet.edu/gcc/?/volcanoes_teacherpage
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tambora
Produksi
Listrik
Sekitar 65
persen dari listrik yang dihasilkan di dunia adalah melalui turbin uap berbahan
bakar fosil. Misalnya, listrik yang dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil
menyumbang 40 persen dari semua emisi karbon
dioksida di Amerika Serikat. Manusia
menggunakan listrik untuk berbagai kegiatan sehari-hari mereka,
jadi bagaimana memastikan energi listrik kita menjadi “bersih” adalah hal yang
sangat penting.
Transportasi
Penggunaan
bahan bakar minyak (BBM) untuk menjalankan mobil, truk dan metode lain transportasi
(seperti pesawat terbang) adalah salah satu penyebab utama pemanasan global.
Sekitar 20 persen dari energi yang digunakan di seluruh dunia digunakan untuk
transportasi (Sumber: Informasi Energi AS Administrasi 2011).
Orang bepergian lebih banyak dan lebih memilih naik pesawat terbang atau mobil
pribadi ketimbang menggunakan transportasi seperti kereta api, bus, feri dan
terutama sepeda. Selain itu, karena dunia semakin mengglobal, bahkan lebih
banyak produk dan
barang (biji-bijian, plastik, tekstil dan lain-lain)
Apakah
bahan bakar fosil itu?
Bahan bakar
fosil terbentuk karena sisa-sisa tanaman dan hewan yang terbentuk jutaan tahun
yang lalu, membusuk dan akhirnya berubah menjadi sumber daya energi. Tiga
bentuk utama bahan bakar fosil adalah batu bara, minyak bumi dan gas alam.
Ketika dibakar, bahan bakar fosil melepaskan energi tetapi pada saat yang sama
juga melepaskan gas-gas rumah kaca dan bahan lainnya ke udara.
Peternakan
dan perubahan iklim
Untuk
memelihara ternak memerlukan sejumlah besar energi, air dan makanan. Hewan
ternak seperti sapi, domba dan kambing memproduksi banyak gas. Hewan-hewan
pemamah biak ini, memiliki perut khusus untuk fermentasi dan mencerna makanannya
dengan lebih baik melalui bantuan bakteri. Sayangnya, proses ini juga menghasilkan
banyak metana, dan pupuk binatang pemamah biak ini juga mengandung sejumlah besar
metana.
Secara keseluruhan, emisi metana dari ternak diperkirakan setara dengan 2,2 miliar ton CO2, jika dihitung sekitar 35 persen produksi metana yang dihasilkan manusia 80 persen diantaranya disumbang oleh metana produksi pertanian (Sumber:FAO). Para ilmuwan sedang mempelajari bagaimana mengubah diet binatang pemamah biak sehingga mereka menghasilkan lebih sedikit metana, dan beberapa petani menemukan cara untuk mendaur ulang kotoran sapi dan menggunakan metana untuk kebutuhan pertanian mereka. Tentu yang harus diingat adalah pilihan yang Anda makan akan memengaruhi hewan mana yang akan punah pertama kali di planet ini.
Secara keseluruhan, emisi metana dari ternak diperkirakan setara dengan 2,2 miliar ton CO2, jika dihitung sekitar 35 persen produksi metana yang dihasilkan manusia 80 persen diantaranya disumbang oleh metana produksi pertanian (Sumber:FAO). Para ilmuwan sedang mempelajari bagaimana mengubah diet binatang pemamah biak sehingga mereka menghasilkan lebih sedikit metana, dan beberapa petani menemukan cara untuk mendaur ulang kotoran sapi dan menggunakan metana untuk kebutuhan pertanian mereka. Tentu yang harus diingat adalah pilihan yang Anda makan akan memengaruhi hewan mana yang akan punah pertama kali di planet ini.
Penggundulan
hutan
Hutan
memainkan peran penting dalam menghadapi perubahan iklim karena hutan mengambil
dan menyimpan sejumlah besar karbon (di batang, cabang, daun dan akar) dengan
menyerap karbon dioksida dari atmosfer dalam proses yang disebut fotosintesis
(lihat boks). Satu pohon yang sehat bisa menyimpan hingga 30 ton karbon. Amazon
Rainforest di Brazil atau hutan Congolian mewakili penyedia cadangan karbon
terbesar di dunia.
Hutan juga memainkan peran besar dalam mengatur iklim lokal dimana hutan itu tumbuh karena hutan mampu menyerap air dari tanah dan kemudian melepaskan kembali ke atmosfer sebagai uap air melalui proses yang disebut dengan transpirasi. Air kemudian menggabungkan dengan uap air dari sumber lain di atmosfer dan akhirnya jatuh kembali ke bumi sebagai "curah hujan". Hal ini membantu suhu tetap dingin. Demikian juga halnya, naungan pohon mendinginkan udara sekitarnya dan tanah, yang pada akhirnya membantu suhu bumi dingin secara keseluruhan (karena energi panas diubah menjadi energi kimia selama proses fotosintesis).
Namun, selama
berabad-abad, hutan telah mengalami deforestasi, khususnya akibat penebangan
ilegal, terdegradasi atau dibakar oleh manusia untuk sejumlah alasan, termasuk
pembukaan lahan untuk pertanian dan produksi peternakan, jalan, kota, pertambangan
skala besar, serta untuk mengekstraksi kayu sebagai bahan bangunan dan kayu
bakar. Deforestasi karenanya tidak hanya menyebabkan hilangnya keanekaragaman
hayati, habitat dan jasa iklim setempat, tetapi juga melepaskan sejumlah besar
karbon dioksida dan gas rumah kaca (GRK) lainnya ke atmosfer.
Tahukah
Anda?
Tiap menit, Indonesia
kehilangan hutan seluas tiga kali luas lapangan bola.
Hutan
Indonesia berkurang secara drastis. Dalam kurun waktu 2009-2013, Indonesia
kehilangan hutan seluas 4,6 juta hektar atau seluas Provinsi Sumatera Barat,
tujuh kali luas Provinsi DKI Jakarta. Hutan Indonesia yang tersisa kini 82 juta
hektar.
Masing-masing
19,4 juta hektar di Papua, 26,6 juta hektar di Kalimantan, 11,4 juta hektar di
Sumatera, 8,9 juta hektar di Sulawesi, 4,3 juta hektar di Maluku, serta 1,1
juta hektar di Bali dan Nusa Tenggara. (Forest Watch Indonesia, 2014).
Pertambangan
Seperti
telah disebutkan, pertambangan dapat menyebabkan banyak masalah lingkungan dan
berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui deforestasi. Pertambangan minyak bumi dan
batu bara juga memungkinkan gas metana lepas
dari bumi. Diperkirakan hingga 8 persen
emisi metana berasal dari tambang batu bara
dan minyak bumi.
Kamu di
rumah
Pikirkan cara
bagaimana kamu menggunakan energi di rumah. Kamu mungkin akan mendapati daftar
yang sangat panjang. Energi yang
dikonsumsi oleh rumah tangga mewakili 18 persen dari total energi dunia (sumber: US Energy Information Administration
2011).
Manusia mengunakan energi untuk penerangan, memasak, pemanas, pendingin dan menjalankan berbagai peralatan elektronik seperti televisi, mesin cuci, pemanas air, dan sebagainya. Jumlah energi yang digunakan di rumah biasanya tergantung dari ukuran dan jumlah dari peralatan yang dimiliki. Namun, seberapa baik rumah terisolasi, bagaimana efisiensi energi peralatan, atau bagaimana Kamu cermat kapan harus menggunakan atau mematikan peralatan akan sangat memengaruhi berapa banyak energi yang Kamu gunakan.
Kita akan belajar lebih lanjut tentang hal ini dalam bagian selanjutnya. Banyak masyarakat di dunia tidak memiliki akses listrik dan karena itu menggunakan kayu atau biomassa untuk memasak dan pemanas. Sumber energi apa yang Kamu gunakan di rumah saat ini?
Manusia mengunakan energi untuk penerangan, memasak, pemanas, pendingin dan menjalankan berbagai peralatan elektronik seperti televisi, mesin cuci, pemanas air, dan sebagainya. Jumlah energi yang digunakan di rumah biasanya tergantung dari ukuran dan jumlah dari peralatan yang dimiliki. Namun, seberapa baik rumah terisolasi, bagaimana efisiensi energi peralatan, atau bagaimana Kamu cermat kapan harus menggunakan atau mematikan peralatan akan sangat memengaruhi berapa banyak energi yang Kamu gunakan.
Kita akan belajar lebih lanjut tentang hal ini dalam bagian selanjutnya. Banyak masyarakat di dunia tidak memiliki akses listrik dan karena itu menggunakan kayu atau biomassa untuk memasak dan pemanas. Sumber energi apa yang Kamu gunakan di rumah saat ini?
Dampak Perubahan Iklim
Dampak
perubahan iklim saat ini bukan hanya dirasakan di Indonesia saja tetapi juga
dirasakan oleh penduduk di berbagai belahan bumi lainnya. Tentu saja tingkat dampak di
masing-masing wilayah berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama
dalam hal ini terkait dengan kemampuan manusianya dalam mengelola kerentanan iklim yang ada.
Indikator utama perubahan iklim terdiri dari perubahan dan pola intensitas berbagai parameter iklim antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, angin, tutupan awan dan penguapan (evaporasi). Gejala perubahan iklim ditingkat global bisa diamati dari beberapa hal berikut:
Indikator utama perubahan iklim terdiri dari perubahan dan pola intensitas berbagai parameter iklim antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, angin, tutupan awan dan penguapan (evaporasi). Gejala perubahan iklim ditingkat global bisa diamati dari beberapa hal berikut:
(1) Perubahan dalam siklus hidrologi dan cuaca ekstrim;
Kenaikan
temperatur telah mempercepat siklus hidrologi, atmosfer yang lebih hangat akan
menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan
lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas yang lebih
besar juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari perubahan-perubahan tersebut
dalam siklus air adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia.
Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon
tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon
tropis), dengan kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan yang semakin
lebat.
(2) Meningkatnya Risiko Kesehatan; Kondisi iklim yang mulai berubah sangat berpengaruh
terhadap perkembangnya vektor penyebab penyakit di suatu daerah. Hal ini akan
diperkuat dengan melemahnya daya tahan tubuh manusia. Bukti ilmiah yang diperoleh
hingga saat ini banyak menunjukkan bahwa variabilitas dan perubahan iklim dapat
berpengaruh terhadap epidemiologi penyakit yang ditularkan oleh vector
(vector-borne disease), air (water-borne disease), dan udara (air-borne
disease). Peningkatan potensi banjir akibat peningkatan peluang kejadian hujan
ekstrem, sebagai salah satu konsekuensi dari perubahan iklim, dapat meningkatkan
potensi kejadian penyakit diare di suatu wilayah. Selain itu, pada daerah
kering perubahan iklim memiliki potensi menyebabkan kebakaran lahan dan hutan,
sehingga asap yang ditimbulkan dapat memperburuk kualitas udara. Akibatnya,
potensi gangguan kesehatan terkait dengan kualitas udara, seperti infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) dan iritasi pada mata, juga akan meningkat.
(3)
Kenaikan Muka Laut; Permukaan
laut telah mengalami kenaikan setinggi 120 meter sejak puncak zaman es 18.000
tahun yang
lalu. Kenaikan tertinggi muka air laut terjadi sebelum 6.000 tahun yang lalu. Sejak 3.000 tahun yang lalu hingga awal
abad ke19, muka air laut hampir tetap hanya
bertambah 0,1 hingga 0,2 mm/tahun. Sejak tahun
1900, permukaan laut naik 1 hingga 3 mm/tahun.
Sejak tahun 1992 satelit altimetri TOPEX/Poseidon mengindikasikan laju kenaikan muka laut sebesar 3 mm/tahun.
Perubahan ini bisa jadi merupakan pertanda awal dari
efek pemanasan global terhadap kenaikan muka
air laut. Pemanasan global diperkirakan
memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka air laut pada abad ke-20
ini. (sumber; Wikipedia).
Kenaikan muka
air laut memiliki kelembaban besar dan akan terus berlangsung selama
berabad-abad. Lautan juga akan mengalami kenaikan temperatur yang berpengaruh
terhadap kehidupan bawah laut. Selama empat dekade terakhir, sebagai contoh,
plankton di Atlantik Utara telah bermigrasi ke arah kutub sebanyak 9 derajat
lintang. Selain itu juga, lautan mengalami proses pengasaman seiring dengan
diserapnya lebih banyak karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan batu karang
(coral), keong laut dan spesies lainnya kehilangan kemampuan untuk membentuk
cangkang atau kerangka. Khusus untuk batu karang, semakin hangatnya temperatur
air laut berakibat pemutihan (bleaching) pada batu karang yang pada akhirnya
mengakibatkan matinya batu karang tersebut. Matinya batu karang menyebabkan
hilangnya sumber protein bagi ikan-ikan di laut.
Baca lebih
lanjut :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kenaikan_permukaan_laut
(4) Memengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati;
Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati yang juga disebabkan oleh kejadian hujan badai yang meningkat frekuensi dan intensitasnya, angin topan, dan banjir; meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang
Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati yang juga disebabkan oleh kejadian hujan badai yang meningkat frekuensi dan intensitasnya, angin topan, dan banjir; meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang
berkepanjangan;
meningkatnya frekuensi kebakaran hutan; daerah-daerah tertentu menjadi padat
dan sesak karena terjadi arus pengungsian. Beberapa fakta kehilangan
keanekaragaman hayati antara lain :
- Populasi penguin Antartika menurun lebih dari 90% sejak 1975 akibat hilangnya es lautan.
- Kijang karibu Arktik mengalami penurunan tajam karena kelaparan akibat perubahan iklim saat pencairan awal dan pembekuan membuat tumbuhan makanannya tidak bisa dijangkau.
- Mirip dengan tahun 2007 dan 2009, pada bulan September 2010 sepuluh ribu anjing laut menuju pesisir yang merupakan perilaku tidak normal, akibat kurangnya es di lautan, tempat mereka biasanya beristirahat.
- Burung yang bermigrasi nyaris mati akibat perjalanan yang tidak tepat waktu membuat mereka tidak mendapat persediaan makanan yang cukup saat mereka tiba di tempat tujuan dan/atau tempat-tempat seperti lahan basah pun mengering sehingga tidak lagi menyediakan habitat bagi mereka. Komunitas dengan tingkat ekonomi rendah akan menjadi yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab kelompok ini tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha mencegah dan mengatasi dampak dari perubahan iklim. Beberapa komunitas yang paling rentan adalah buruh tani, suku-suku asli dan orang-orang yang tinggal di tepi pantai. Beberapa fakta saat ini menunjukkan bahwa kekurangan pangan terjadi negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim dan masih berkembang
- Setengah dari populasi dunia akan menghadapi kekurangan makanan yang serius dalam abad ini. (University of Washington researchers, in Science, 2009)
- Panen sudah dipersulit oleh kekeringan atau banjir di Rusia, Jerman, Kanada, Argentina, Australia, Ukraina, Pakistan, dan lainlain.
- Harga makanan naik 5% secara global pada bulan Agustus 2010. Di Mozambik, reaksi kerusuhan karena kenaikan harga roti menyebabkan 9 kematian dan 300 luka-luka.
- Harga makanan tinggi yang memicu kerusuhan mematikan di seluruh dunia pada tahun 2009 adalah akibat kombinasi dari perubahan iklim dan meningkatnya permintaan untuk makanan ternak dari populasi di India dan China. (UN World Food Program)
- Jumlah orang yang masih menderita kelaparan melebihi 1 miliar untuk pertama kalinya pada tahun 2009.
- Lebih dari 9 juta orang meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya karena kelaparan dan kekurangan makanan. Lima juta adalah anak-anak.
- Menurut Badan Pangan Dunia (FAO) menyebutkan bahwa hampir 970 juta orang menderita kekurangan gizi kronis pada 2010-2012, sebagian besar terjadi di Asia Selatan, Asia Timur, dan Subsahara Afrika. Jumlah orang kelaparan di dunia juga masih tinggi, dimana satu dari delapan orang di dunia menderita kelaparan.
Bagaimana
dengan perubahan iklim di Indonesia? Apakah gejala yang sama juga terjadi di
Indonesia? Ada empat indikator yang bisa menjelaskan gejala perubahan iklim di
Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Edwin, A dkk (2011), yaitu:
(1) Perubahan suhu daratan, menggambarkan perubahan
situasi lokal yang meliputi suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata
baik harianmaupun bulanan. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi
perubahan suhu udara di beberapa tempat yang diamati antara lain di Padang, Jakarta, Cilacap, Biak, Jayapura
mengalami kenaikan suhu minimum sementara di
Sibolga, Manado, Ambon, Wamena dll mengalami penurunan.
Khusus di Jakarta selama kurun waktu pengamatan dari tahun 1956-2001, suhu udara rata-rata mengalami peningkatan
sebesar 0.07 0C pertahun.
(2) Peningkatan curah hujan esktrim, perubahan iklim merupakan perubahan energi
dan siklus air yang menyebabkan terjadinya pola curah hujan berubah ekstrim
(melebihi ambang batas statistik) yang disebabkan oleh fenomena cuaca seperti
banjir, kekeringan, berkurangnya jumlah hari hujan, serta penambahan periode
hari hujan secara berturut-turut.
(3) Maju mundurnya musim; di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris,
informasi yang paling penting bagi pertanian adalah informasi awal datangnya
musim kemarau dan musim hujan. Pengamatan yang dilakukan oleh BMKG di beberapa
wilayah Sumatera, Jawa dan Sulawesi Selatan selama 30 tahun (1971-2000) dan
periode 2001-2009 telah terjadi pergeseran musim, misalkan awal musim kemarau
di Jawa Barat mengalami pergeseran maju
(lebih cepat datang) sekitar 20 hari dibanding 30 tahun lalu.
(4) Perubahan jumlah volume hujan; informasi akumulasi curah hujan harian, bulanan
dan tahunan menjadi catatan penting yang menunjukkan potensi kapasitas sumber
daya air tercurah, informasi ini penting untuk pengelolaan sumber daya air
jangka panjang. Secara global, hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa sejak
tahun 1950 tercatat adanya 12 tahun terpanas berdasarkan data temperatur
permukaan global. Sebelas dari duabealas tahun
terpanas tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Kenaikan temperatur
total dari tahun 1950-1999 sampai dengan tahun 2001-2005 adalah 0,76Ëš.
Permukaan air laut rata-rata global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.9
mm per-tahun dalam rentang waktu antara tahun 1961-2003.
Kenaikan total permukaan air laut yang berhasil dicatat pada abad ke20 diperkirakan
0,17 m. Laporan IPCC juga menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam
pemanasan global sejak pertengahan abad ke20. Pemanasan global akan terus
meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada
upaya menanggulanginya.
Dampak
perubahan iklim secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu
1). dampak
terhadap ekosistem alam dan keanekaragaman hayati dan
2). dampak
terhadap kesehatan manusia dan ekonomi.
Dampak perubahan
iklim yang terjadi di Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1) Dampak terhadap sektor pertanian, diperkirakan produktivitas pertanian di daerah
tropis akan mengalami penurunan
bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2oC sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan.
Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1999). Dampak El Nino 2015 telah menyebabkan sebagian besar wilayah di Nusa Tenggara Timur mengalami kekeringan. Dari 23 kabupaten/kota yang ada, 20 diantaranya mengalami kekeringan dan meliputi 270 desa. Ke-20 kabupaten itu adalah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, Sikka, Ende, Flores Timur, Lembata, Alor, Rote Ndao dan Sabu Raijua (BPBD NTT; 2015).
Dampak lebih jauh akibat kemarau panjang ini daerah-daerah tersebut mengalami gagal panen sehingga menyebabkan kasus kelaparan dan banyak anak mengalami gizi buruk. Tercatat 1.918 anak mengalami gizi buruk selama lima bulan pertama tahun 2015, 11 di antaranya meninggal dunia (Dinas Kesehatan Provinsi NTT; 2015).
Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1999). Dampak El Nino 2015 telah menyebabkan sebagian besar wilayah di Nusa Tenggara Timur mengalami kekeringan. Dari 23 kabupaten/kota yang ada, 20 diantaranya mengalami kekeringan dan meliputi 270 desa. Ke-20 kabupaten itu adalah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, Sikka, Ende, Flores Timur, Lembata, Alor, Rote Ndao dan Sabu Raijua (BPBD NTT; 2015).
Dampak lebih jauh akibat kemarau panjang ini daerah-daerah tersebut mengalami gagal panen sehingga menyebabkan kasus kelaparan dan banyak anak mengalami gizi buruk. Tercatat 1.918 anak mengalami gizi buruk selama lima bulan pertama tahun 2015, 11 di antaranya meninggal dunia (Dinas Kesehatan Provinsi NTT; 2015).
(2) Dampak terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil.
Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah
pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh,
Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007). Akibat pemanasan global pada tahun 2050
akan mendegradasi 99 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini
sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur, apabila
suhu air laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 99%
terumbu karang.
Di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola iklim yang berubah. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir.
Di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola iklim yang berubah. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir.
(3) Dampak terhadap sumber daya air,
di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 9% -30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. Perubahan pola curah hujan juga menurunkan ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih.
Di pulau Lombok dan Sumbawa antara tahun 1995 dan tahun 2006, jumlah titik air menurun dari 590 menjadi hanya 190 titik. Sementara itu, kepulauan ini juga mengalami “jeda musim‟-kekeringan panjang selama musim penghujan – yang kini menjadi makin sering, menimbulkan gagal panen. Di seluruh negeri, kini makin banyak saja sungai yang makin dangkal seperti Sungai Ular (Sumatra Utara), Tondano (Sulawesi Utara), Citarum (Jawa Barat), Brantas (Jawa Timur), Ciliwung-Katulampa (Jawa Barat), BaritoMuara Teweh (Kalimantan Tengah), serta Larona-Warau(Sulawesi Selatan).
di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 9% -30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. Perubahan pola curah hujan juga menurunkan ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih.
Di pulau Lombok dan Sumbawa antara tahun 1995 dan tahun 2006, jumlah titik air menurun dari 590 menjadi hanya 190 titik. Sementara itu, kepulauan ini juga mengalami “jeda musim‟-kekeringan panjang selama musim penghujan – yang kini menjadi makin sering, menimbulkan gagal panen. Di seluruh negeri, kini makin banyak saja sungai yang makin dangkal seperti Sungai Ular (Sumatra Utara), Tondano (Sulawesi Utara), Citarum (Jawa Barat), Brantas (Jawa Timur), Ciliwung-Katulampa (Jawa Barat), BaritoMuara Teweh (Kalimantan Tengah), serta Larona-Warau(Sulawesi Selatan).
Di wilayah
pesisir, berkurangnya air tanah disertai kenaikan muka air laut juga telah
memicu intrusi air laut ke daratan – mencemari sumber-sumber air untuk
keperluan air bersih dan irigasi.
(4) Dampak
terhadap kesehatan. Saat ini
sudah mulai dirasakan bahwa beberapa penyakit yang disebabkan oleh nyamuk frekuensinya semakin
meningkat, seperti penyakit demam berdarah, malaria. Masyarakat yang memiliki
tingkat adaptasi rendah semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta
berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui berbagai serangga dan
hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor
seperti demam berdarah dengue (DBD) dan
malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD
akan meningkat. Suhu berhubungan negatif dengan kasus
DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan
meningkat secara signifikan.
Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).
Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).
Studi terbaru
yang dirilis biomedcentral.com, memperkirakan bahwa 3,6 miliar orang berisiko,
dengan lebih dari 230 juta orang infeksi, jutaan kasus demam berdarah, lebih
dari 2 juta kasus dengan penyakit berat, dan 21.000 kematian. Sebuah
peningkatan 30 kali lipat dalam jumlah kasus demam berdarah selama 50 tahun terakhir
telah direkam dengan hampir 119 negara endemis dengue. Terkait penyebaran
penyakit demam berdarah dan malaria, berdasarkan artikel dari indonesian-publichealth.com,
disebutkan bahwa pemanasan global mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan
nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga
jumlah populasi akan cepat sekali naik. Udara panas dan lembab, paling cocok
untuk nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti).
Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di musim pancaroba,
transisi antara musim hujan dan kemarau.
Dari 90% desa
di Provinsi NTT hampir seluruhnya merupakan wilayah endemis malaria. Wilayah
ini adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik,
sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan
kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya
perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Tahun 2012 kasus malaria
positif tertinggi di Kabupaten Lembata sebanyak 22.083 kasus, sedangkan kasus
terendah di Kota Kupang sebanyak 284 kasus.
Selain
malaria, pada tahun 2012, terjadi KLB demam berdarah (DBD) sebanyak 1.542
kasus, dengan kasus tertinggi di Kota Kupang jumlah kasus sebanyak 890 kasus.
Angka kematian tertinggi di Kota Kupang yaitu sebanyak 8 orang (CFR 0,9%), menyusul Kab.
Belu 3 orang meninggal, Kab. Ngada dan Sumba Timur masing-masing 1 orang
meninggal. Selain malaria dan demam berdarah, Fliariasis (kaki gajah) juga
masih tergolong tinggi terutama di Sumba Barat Daya (313 kasus) dan Kabupaten Rote
Dao (94 kasus). Pada tahun 2011 penderita penyakit filariasis
sebanyak
4.684 kasus, menurun menjadi 501 kasus di tahun 2012.
(5) Dampak terhadap Ekosistem Perubahan iklim membuat perubahan besar dalam
ekosistem, seperti perubahan siklus hidup tumbuhan dan hewan, dan peningkatan level permukaan laut. Perubahan iklim menggeser waktu vegetasi berbunga
serta migrasi hewan. Peristiwa-peristiwa
secara tidak langsung memengaruhi siklus hidup
tumbuhan dan hewan, dan pada akhirnya,
memengaruhi kelangsungan ekosistem. Kenaikan suhu rata-rata global sebesar
1,5oC-2,5oC kemungkinan menyebabkan punahnya
20% - 30% spesies tanaman dan hewan.
Meningkatnya
tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan
akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu
karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di
Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30%
atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air
laut. (Sumber: WWF Indonesia).
(6) Dampak terhadap Lingkungan, dampak perubahan iklim akan diperparah oleh
masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh
terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan
ruang dapat terjadi
antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi,
memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana
alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana
menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang.
Ancaman
bencana akibat perubahan iklim di masa yang akan datang dampaknya juga akan
terus terjadi baik di Kabupaten Lembata maupun Kabupaten Timor Tengah Utara
(TTU) dengan skala yang berbeda-beda. Menurut hasil penelitian yang dilakukan ITB-Plan
International (2012), bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten
Lembata adalah tanah longsor, kekeringan, abrasi dan angin kencang. Bencana
kekeringan adalah yang paling berpengaruh terhadap penduduk Lembata terutama
dalam hal keamanan pangan, dan masalah air bersih.
Kondisi yang
hampir sama juga mengancam Kabupaten Timor Tengah Utara dimana banjir dan tanah
longsor juga menjadi ancaman nyata selain ancaman kekeringan yang berdampak terhadap
ketahanan pangan dan krisis air bersih.
(7) Dampak pada infrastruktur dan permukiman, kenaikan muka air laut antara 9 hingga 30
centimeter juga akan berdampak parah
pada kota-kota pesisir seperti Jakarta, Semarang, Samarinda dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan
limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah
di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan
muka air laut, permukaan tanah turun:
pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan
air tanah telah menyebabkan tanah turun. Namun Jakarta
memang sudah secara rutin dilanda banjir besar, pada awal Februari
2007 banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan
rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut. Total kerugian ditaksir
sekitar 695 juta dolar. Genangan air berhari-hari juga menyebabkan jalan beraspal
menjadi lebih cepat rusak dan ini artinya harus ada tambahan
biaya yang hilang tiap tahunnya.
Solusi Perubahan Iklim;
“Mitigasi”
Pada bagian
sebelumnya kita telah belajar tentang iklim yang telah berubah dan hal itu
menimbulkan efek yang merusak terhadap manusia, spesies-spesies lain dan
terhadap lingkungan dimana kita bergantung kepadanya. Sebagaimana kita lihat kegiatan
manusialah terutama yang harus dipersalahkan karena tiap tahun kita
menghasilkan jutaan ton karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer. Semakin
besar gas rumah kaca yang kita keluarkan semakin besar perubahan iklim yang
terjadi di masa yang akan datang. Karena itu untuk membatasi perubahan iklim dan
menekan pemanasan global, mensyaratkan pengurangan emisi gas rumah kaca secara
terus menerus dan lebih ambisius (jauh lebih besar dalam menurunkan angka
emisinya). Inilah yang kita sebut dengan mitigasi perubahan iklim.
United
Nations Conference on Climate Change (UNFCCC) mendefiniskan Mitigasi perubahan iklim
sebagai upaya stabilisasi konsentrasi Gas rumah kaca (GRK) dalam atmosfer pada
tingkat yang akan mencegah campur tangan manusia (antropegenik) yang berbahaya
terhadap sistem iklim, tingkat tersebut harus dicapai dalam kerangka waktu yang
memadai sehingga ekosistem dapat melakukan adaptasi secara alami terhadap
perubahan iklim untuk memastikan bahwa produksi makanan tidak terancam dan pembangunan
ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan (Pasal 2 UNFCCC).
Secara
sederhana mitigasi perubahan iklim bisa dimaknai sebagai seluruh tindakan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca di atmosfer
Contoh
mitigasi antara lain pembangkit listrik dengan emisi gas rumah kaca yang lebih
sedikit, atau pengurangan kebutuhan listrik, mengganti sumber energi terbarukan,
menciptakan peralatan efisiensi energi, melakukan daur ulang, menyediakan lebih
banyak jalur sepeda dan pejalan kaki, memperbaiki praktek-praktek pengelolaan
hutan, ataupun mengubah gaya hidup konsumtif.
Semua itu
bisa menjadi sangat rumit sebagaimana sebuah perencanaan kota baru atau justru
sederhana semudah mencabut peralatan elektronik. Aksi-aksi bisa dilakukan mulai
tingkat lokal hingga internasional seperti menciptakan perjanjian dan kesepakatan
internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Namun,
secara umum, baik individu, masyarakat dan bahkan bangsa lebih memilih orang
lain untuk melakukan pekerjaan mitigasi, selama kita masih bisa menikmati
manfaat dari upaya mereka. Masalahnya adalah bahwa jika semua orang ingin "tumpangan
gratis", tidak ada yang akan melakukan pekerjaan itu, dan kita tidak akan
mampu menghentikan atau membalikkan perubahan iklim! Ini adalah apa yang dikenal
sebagai masalah aksi kolektif, dan perubahan iklim adalah contoh utama.
Perubahan Iklim memengaruhi seluruh planet dan, seperti telah kita lihat, mereka
yang menerima dampak teruburuk adalah orang-orang yang memberikan kontribusi
sedikit terhadap perubahan iklim, jadi mari kita bekerja sama untuk memecahkan
masalah.
Empat
strategi utama mitigasi
(1) Eliminasi berarti menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah kaca.
Tindakan ini memberikan penghematan
biaya yang besar dan dapat langsung
dirasakan.
Contoh: Mematikan lampu saat tidak digunakan; mematikan A/C saat tidak ada
orang di dalam ruangan.
(2) Pengurangan dapat dilakukan
dengan mengganti peralatan lama dan/atau mengoptimalkan struktur yang sudah
ada. Tindakan mitigasi seperti ini sangat efektif dan dapat diintegrasikan ke
dalam bisnis sehari-hari dengan usaha minimum. Contoh: Memasukkan efisiensi
energi ke dalam pengambilan keputusan investasi dan dalam pengelolaan usaha
juga dalam kehidupan sehari-hari, Upaya mitigasi dengan efisiensi energi
misalnya:
Merawat
dan membersihkan AC secara teratur agar transfer panas lancar dan menghemat
energi
Mengganti
bohlam lampu pijar dengan lampu LED yang lebih hemat energi
Mematikan
kipas angin dan AC saat meninggalkan ruangan
Memberikan
insulasi pada kamar dan tetap menutup jendela ketika AC sedang dinyalakan.
(3) Subtitusi biasanya mempunyai
implikasi biaya investasi yang tinggi. Namun demikian, potensi penurunan emisi melalui
subtitusi sangatlah tinggi. Contoh: Penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi
kebutuhan listrik dan/atau pemanas. Beberapa contoh mitigasi melalui
pemanfaatan
energi terbarukan sebagai berikut:
Energi terbarukan
|
Contoh
penerapan
|
Energi matahari
|
Alat
pengumpul panas matahari yang dipasang di atap untuk memanaskan air (sistem
panas matahari)
|
Energi angin
|
Turbin
berukuran kecil sebagai pembangkit listrik tenaga angin
|
Energi air
|
Roda air
yang dipasang di sungai sebagai
pembangkit listrik
|
Energi bio
|
Pembakaran
biogas dari limbah untuk
memanaskan
air
|
Energi panas bumi
|
Pembangkit
listrik tenaga panas bumi
|
(4) Offsett adalah metode berbiaya
rendah namun mempunyai manfaat yang cukup besar. Walaupun demikian, metode ini sulit
dilaksanakan dalam skala kecil. Contoh: Reforestasi yaitu upaya menghutankan
kembali lahan bukan hutan.
Aksi-aksi
Mitigasi
Ragam aksi
mitigasi perubahan iklim
UNFCCC
menyebutkan beberapa upaya mitigasi dengan teknologi dan praktek yang tersedia
saat ini antara lain: Ragam Aksi Penjelasan
Pasokan
energi
Peningkatan
pasokan dan distribusi energi, peralihan
bahan bakar batu bara ke gas, panas dan listrik
dengan energi terbaharukan seperti dengan tenaga
matahari, tenaga air, angin dan bio energi.
Transportasi Penggunaan dan pengembangan kendaraan lebih hemat bahan bakar, perubahan
dari sistem transportasi menggunakan jalan ke arah pemakaian rel, serta sistem
transportasi masal. Transportasi tak bermotor (sepeda).
Bangunan
Pembuatan
bangunan yang hemat energi, efisiensi penggunaan energi listrik dimana siang
hari tidak perlu menggunakan listrik, pengembangan dan penggunaan bahan baku
alat pemanas dan pendingin yang efisien, serta sistem isolasi dalam rumah untuk
empat musim yang hemat energi, dll.
Industri
Peralatan
elektronik konsumen yang lebih efisien, pengendalian gas emisi, penerapan
teknologi yang lebih efisien terhadap bahan bakar fosil dan rendah emisi.
Pertanian
Peningkatan
pengelolaan lahan pertanian dan peternakan, pengelolaan kotoran ternak untuk mengurangi
gas methana, pengembangan dan pengelolaan tanaman penghasil energi (biodisel), sistem
pertanian yang rendah emisi methana salah satunya dengan sistem pertanian
organik.
Kehutanan
Aforestasi
(Aforestasi adalah penghutanan pada lahan yang selama 50 tahun atau lebih bukan
merupakan hutan), reforestasi (penghutanan pada lahan yang sejak
tanggal 31 Desember 1999 bukan merupakan hutan). dan penerapan sistem
pengelolaan
hutan berkelanjutan (sustainable forest management), penggunaan produk hutan sebagai
bahan bakar energi fosil.
Limbah
Pembuatan
kompos dari limbah organik, pemulihan gas methana di tempat pembuangan akhir,
daur ulang, minimalisasi limbah.
Efisensi
energi
Efisiensi
energi di rumah
Ada banyak
cara yang bisa dilakukan untuk menghemat listrik dalam kehidupan sehari-hari di
rumah. Secara garis besar ada tiga tips yang harus dijalankan oleh semua orang
yaitu:
1. Menyambung
daya listrik dari PLN sesuai dengan kebutuhan. Rumah tangga kecil misalnya,
cukup dengan daya 450 VA atau 900
VA, rumah tangga sedang cukup dengan daya 900 VA hingga 1300 VA.
2. Memilih
peralatan rumah tangga yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
3. Membentuk
perilaku anggota rumah tangga yang berhemat energi listrik, seperti :
menyalakan alat-alat listrik hanya pada saat diperlukan; mencabut kabel charger
yang tidak digunakan;Menggunakan tenaga listrik untuk menambah pendapatan rumah tangga
(produktif); dan menggunakan alat-alat listrik secara bergantian. Tidak kalah
penting adalah kita harus mengetahui cara-cara penggunaan peralatan listrik
rumah tangga untuk menghemat pemakaian energi listrik:
1. Lemari
Es/Kulkas
• Memilih
lemari es dengan ukuran/kapasitas yang sesuai
• Membuka
pintu lemari es seperlunya, dan pada kondisi tertentu dijaga agar dapat
tertutup rapat.
•
Membersihkan kondensor (terletak di belakang lemari es) secara teratur.
• Mengatur
suhu lemari es sesuai kebutuhan (tidak terlalu rendah), oleh karena semakin
rendah atau dingin, semakin banyak
konsumsi energi listrik.
• Mematikan
lemari es bila tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama.
2. Setrika
Listrik
• Mengatur
tingkat panas yang diperlukan sesuai dengan bahan pakaian yang akan disetrika.
• Mematikan
setrika segera sesudah selesai menyetrika atau bila akan ditinggalkan untuk
mengerjakan yang lain.
3.
Televisi, Radio, Tape Recorder
• Mematikan
televisi, radio, tape recorder, serta peralatan audio visual lainnya bila tidak
ditonton atau tidak didengarkan.
4. Pompa
Air
• Menggunakan
tangki penampung air dan menyalakan pompa air hanya bila air di dalam tangki
hampir habis, atau menggunakan sistem
kontrol otomatis.
• Akan lebih
baik bila menggunakan pelampung pemutus arus otomatik, yang akan memutus arus
listrik ke pompa air bila air sudah penuh.
• Memilih
jenis pompa air sesuai dengan kebutuhan dan yang memilki tingkat efisiensi yang
tinggi.
5. Kipas Angin
• Membuka
ventilasi/jendela rumah untuk memperlancar udara ke dalam rumah.
•
Menghidupkan kipas angin seperlunya dan mematikan bila tidak perlu lagi
6. Pengatur
Suhu Udara (AC)
• Memilih AC
hemat energi dan daya yang sesuai dengan besarnya ruangan.
• Matikan AC
bila ruangan tidak digunakan.
7. Mesin
Cuci
• Memilih mesin cuci dengan kapasitas sesuai
dengan jumlah cucian
• Memakai
mesin cuci dengan kapasitasnya. Bila melebihi kapasitas, dapat menambah beban
pemakaian tenaga listrik.
• Alat
pengering sebaiknya hanya digunakan pada saat mendung atau hujan, bila hari
cerah dijemur saja.
8. Penanak
Nasi (Rice Cooker)
• Memilih
rice cooker dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan.
• Meletakkan
rice cooker dengan posisi tegak sehingga alat pemutus aliran listrik akan
bekerja baik.
• Memeriksa
selalu alat pemutus aliran listrik otomatis. Bila alat ini rusak, listrik akan
terus mengalir ke elemen pemanas meskipun nasi telah matang.
9.
Penghisap Debu (Vacuum Cleaner)
• Memilih
vacuum cleaner sesuai dengan kebutuhan dan dengan daya secukupnya.
• Menggunakan
vacuum cleaner untuk pekerjaan yang cukup berat, bila untuk pekerjaan
ringan/kecil gunakan saja sapu dan alat pembersih lainnya.
• Mematikan
segera vacuum cleaner apabila motor menjadi panas atau terjadi perubahan suara
motor, kemungkinan terjadi sesuatu yang mengganggu kerja vacuum cleaner.
10. Lampu
Penerangan
• Menggunakan
lampu hemat energi
• Menggunakan
ballast elektronik dan memasang kondensator pada jenis lampu TL/Neon.
•
Menghidupkan lampu hanya pada saat diperlukan saja, dan matikan lampu bila
tidak diperlukan lagi.
Energi
hijau
Sebagaimana
telah kita lihat dalam bagian sebelumnya, banyak dari masyarakat kita
bergantung pada bahan bakar fosil sebagai energi untuk melakukan berbagai aktifitas
kita sehari-hari. Seperti yang telah kita pelajari, kita harus lebih efisien,
membuang lebih sedikit dan menggunakan lebih sedikit energi dalam kegiatan
sehari-hari.
Namun, kita juga harus mempertimbangkan apakah bisa beralih ke sumber daya energi
terbarukan, yang jauh lebih baik untuk lingkungan, tidak akan habis dan tidak
berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Bahkan, memastikan bahwa setiap orang
memiliki akses lebih ke air bersih dan energi yang lebih efisien telah menjadi
salah satu prioritas dunia yang paling penting. Karena alasan ini PBB telah
menyatakan 2014-2024 sebagai Dekade Energi Berkelanjutan untuk Semua (lihat: www.se4all.org) dan energi adalah salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan baru (SDGs). Mari kita lihat beberapa contoh sumber
energi
terbarukan di
bawah ini.
Biofuel dan
Bioetanol
Biofuel
adalah istilah umum yang mengacu pada biodiesel atau etanol, dan menunjukkan bahan
bakar tersebut terbuat dari sumber biologis. Biodiesel mengacu pada biofuel
diesel yang setara dengan diesel tradisional tetapi terbuat dari bahan biologis
terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan atau dari biomassa lain seperti
ganggang. Pemanfaatan Biofuel untuk menggantikan atau mencampur dengan bahan bakar
diesel. Sementara Bioetanol yang umumnya berasal dari tanaman tebu dan jagung,
yang dimanfaatkan untuk menggantikan bahan bakar bensin.
Biomassa
Untuk
menghasilkan energi bisa digunakan berbagai macam bahan bakar, contohnya adalah
tanaman dengan potensi produksi energi yang tinggi seperti jagung dan kedelai,
serbuk gergaji, kotoran ternak, limbah padat perkotaan. Dengan demikian,
mengingat situasi dewasa ini, mungkin telah tiba saatnya bagi kita untuk kembali
memanfaatkan energi biomassa yang telah dilengkapi dengan pengetahuan dan
kearifan yang kita asah selama berabad-abad dalam hal produksi energi, dan
mulai menggunakan lagi apa yang selama ini kita anggap sebagai limbah untuk
mengubahnya menjadi energi yang berguna.
Energi
angin
Angin
merupakan sumber energi hijau dan terbarukan. Energi angin dapat dimanfaatkan
dengan mengubah energi kinetik udara menjadi listrik. Banyaknya listrik yang
kita dapatkan tergantung pada kecepatan angin rata-rata di daerah kita. Dan
pada akhirnya, meski kita harus membeli turbin angin dengan harga tinggi,
turbin angin bisa membantu kita untuk berhemat. Sekitar 194.400 MW energi
dihasilkan oleh turbin angin di seluruh dunia. Negara-negara Eropa memanfaatkan
energi angin lebih banyak dibandingkan dengan bagian lain di dunia.
Energi
Geothermal
Energi
geothermal merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas)
yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Energi geothermal merupakan
sumber energi bersih bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil karena sumur
geothermal melepaskan sangat sedikit gas rumah kaca yang terperangkap jauh di
dalam inti bumi, ini dapat diabaikan bila dibandingkan dengan jumlah gas rumah
kaca yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Energi
surya
Energi dari
sinar matahari tidak terbatas dan dapat dikonversi ke listrik menggunakan panel
photovoltaic atau teknologi lainnya. Matahari juga dapat digunakan untuk
memanaskan air untuk pemanasan rumah dan keran air panas. Manfaat utama dari
sistem energi surya adalah bahwa mereka tidak menghasilkan polutan atau karbon
dioksida.
Tenaga air
Tenaga Air
sampai hari ini merupakan sumber energi hijau terbarukan nomor satu di dunia dalam
hal output daya. Tenaga Air juga merupakan sumber energi terbarukan pertama
untuk produksi listrik. PLTA pertama dibangun di Air Terjun Niagara, Kanada,
pada tahun 1879 dan pada tahun 1882.
Energi laut
Energi laut
merupakan energi yang dihasilkan dari samudera dan laut, dan tentu saja
merupakan sumber energi hijau terbarukan karena metode dan teknologi yang digunakan
untuk menangkap tenaga gelombang dan pasang surut tidak menghasilkan emisi CO2.
Energi ini
selanjutnya dibagi menjadi 4 kategori dengan dua kategori utama: Energi
Gelombang Laut dan Energi Pasang Surut.
Daur ulang
sampah
Daur ulang
adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan
tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang
berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan
energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemprosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas
pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam
proses hierarki sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Material yang
bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil,
dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya
menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak
dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada
sampah yang
tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan.
Pada
pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip
dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus
menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus
menjadi
polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan
karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru.
Jadi, daur ulang adalah penggunaan kembali material menjadi produk yang
berbeda.
Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah,
seperti emas dari prosesor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi
material yang berbahaya bagi
lingkungan,
seperti merkuri.
Secara
garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan,
dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Solusi Perubahan Iklim;
“Adaptasi”
Perubahan
iklim sudah terjadi dan menimbulkan berbagai dampak negatif dan perubahan akan
terus terjadi. Oleh karena itu kita
harus melakukan persiapan menghadapi perubahan itu dan melakukan aksi-aksi untuk mengurangi dampak atau gangguan
yang ditimbulkannya. Ada dua cara untuk mengatasi
berbagai dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim di berbagai sektor sebagaimana
disebutkan di atas yaitu dengan cara mengurangi jumlah
emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan adaptif
manusia. Dua cara pemecahan masalah ini kemudian dikenal dengan mitigasi dan adaptasi.
Adaptasi
Secara
sederhana, adaptasi perubahan iklim (API) bisa didefinisikan sebagai penyesuaian
dalam sistem alam atau sistem buatan manusia untuk menjawab rangsangan atau
pengaruh iklim, baik yang bersifat aktual ataupun perkiraan, dengan tujuan menekan
dan mengontrol bahaya yang ditimbulkan, namun di sisi lain mampu mengambil
manfaat. Adaptasi dapat juga didefinisikan sebagai usaha alam atau manusia
menyesuaikan diri untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang sudah atau
mungkin terjadi.
Ada empat
bentuk adaptasi yang saat ini dikenal dan diimplementasikan di berbagai negara
baik pada skala rumah tangga maupun skala nasional.
1). Adaptasi antisipatif - Perubahan yang dibuat sebelum dampak perubahan
iklim terjadi (pencegahan). Contoh adaptasi antisipatif bisa dilakukan seorang
petani yang memutuskan untuk menanam jenis tanaman yang membutuhkan sedikit
air. Hal ini
dilakukan
karena mereka mengetahui bahwa iklim kemungkinan lebih kering di masa depan.
2). Adaptasi reaktif - Tindakan yang diambil setelah suatu peristiwa
terjadi (seperti obat), misalnya petani membeli teknologi irigasi baru karena
ia tidak lagi mampu bercocok tanam atau gagal panen karena kekeringan.
3). Adaptasi Spontan – Adaptasi ini terjadi untuk merespon perubahan di
lingkungan (sistem alam) atau pasar atau kesejahteraan (sistem manusia) misalnya petani yang
mengubah waktu tanam karena musim
diperkirakan akan berubah.
4). Adaptasi Terencana – Didasarkan pada kesadaran yang dimiliki berubah
atau yang mungkin terjadi, sebuah keputusan dibuat atas tindakan apa yang akan diambil untuk
mengembalikan, mempertahankan atau mencapai
situasi yang diinginkan. Sebuah adaptasi
terencana mungkin berupa sebuah perubahan peraturangedung untuk memastikan
bahwa gedung baru nantinya akan sesuai
dengan wilayah yang beriklim panas.
Siapa dan apa
yang harus dilakukan untuk adaptasi?
Negara
Hal ini
penting untuk memahami apakah adaptasi memiliki makna yang berbeda bagi orang
dan masyarakat di seluruh dunia. Di negara-negara maju, adaptasi umumnya berarti mempertahankan standar hidup dan gaya hidup yang ada saat
ini.
Namun di
negara-negara berkembang, adaptasi mungkin berarti perbaikan dari kondisi saat
ini yang mungkin sangat miskin, kearah negara yang dicita-citakan dan
berkelanjutan. Di beberapa negara adaptasi bisa berarti orang meninggalkan
rumah mereka dan pindah ke negara lain sebagai akibat dari meningkatnya muka air
laut. Tuvalu, sebuah kawasan di Pasifik Barat, akan memindahkan orang-orangnya
ke Selandia Baru jika permukaan air laut terus mengalami kenaikan. Implikasi
ekonomi dan budaya perpindahan penduduk semacam ini sangat signifikan dan
memiliki
konsekuensi
global.
Individu
Orang berbeda
di dalam suatu masyarakat yang sama mungkin memiliki perbedaan harapan dan
tujuan atas adaptasi. Sebagai contoh, rumah-rumah di sepanjang garis pantai timur Inggris terancam
oleh erosi pantai, gelombang badai dan kenaikan permukaan
laut. Untuk orang-orang yang tinggal di rumah mereka, melindungi
garis pantai adalah adaptasi penting. Namun, bagi para pembuat
kebijakan dan perencana dengan sumber daya yang serba
terbatas, perlindungan terhadap sejumlah kecil kepemilikan properti
bukanlah prioritas utama dan pendekatan yang mereka
pilih
biasanya lebih fokus pada relokasi.
Adaptasi
sudah dilakukan namun berjalan lamban
Sebetulnya
manusia terus-menerus beradaptasi terhadap perubahan kondisi. Produsen
pertanian adalah contoh yang sangat baik, karena mereka terus-menerus
beradaptasi dengan perubahan cuaca, politik, ekonomi dan kondisi sosial.
Banyak
masyarakat tradisional memiliki strategi untuk mengatasi berbagai variasi
iklim. Namun, perubahan iklim mungkin terjadi jauh lebih cepat daripada
kemampuan
mereka
untuk mengatasinya, atau dapat menyebabkan perubahan yang tidak mereka alami di
masa lalu.
Tahukah
Anda?
Hidup
selaras dengan alam, masyarakat adat mampu mengamati perubahan tersamar pada
tumbuhan dan binatang yang berada sekitar mereka yang menyampaikan informasi berguna tentang iklim,
sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah
adaptif yang sesuai. Pengetahuan masyarakat
untuk membaca tanda-tanda perubahan musim
dari perilaku binatang dan tanaman tersebut
merupakan
salah satu bentuk kearifan lokal. Misalnya, di Swaziland, banjir dapat
diprediksi dari ketinggian sarang
burung di dekat sungai. Sejumlah ngengat
di sisi lain dapat memprediksi kekeringan.
Posisi matahari dan jeritan burung tertentu di
pohon dekat
sungai mungkin menjadi penanda untuk memprediksi awal musim hujan untuk
pertanian. Kehadiran dari spesies tumbuhan tertentu (misalnya, Ascolepis
capensis) menunjukkan tabel air rendah.
Bagaimana
dengan kearifan lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur yang sebagian besar hidup
sebagai petani dan nelayan, apakah mereka juga memiliki kearifan lokal seperti
penduduk Swaziland? Salah satu bentuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat
NTT khususnya di Kabupaten Kupang adalah kemampuan mereka membaca tanda akan dimulainya
musim hujan. Mereka percaya bahwa penampakan dan suara beberapa jenis burung
seperti burung Toltiu, burung Bolbolo, burung Sesnael sebagai penanda datangnya
musim hujan. Demikian juga munculnya aneklit hijau atau riang-riang di malam
hari dan ular hijau banyak bermunculan di jalan-jalan sebagai tanda hujan
segera tiba. Sebaliknya, musim hujan dipercaya akan segera berakhir bila masyarakat
mulai melihat aneklit kecoklatan di pohon-pohon mulai
mengeluarkan
suara nyaring bersaut-sautan. Selain itu berakhirnya musim hujan juga dikenali
dari kemunculan cacing sibe yang mati karena kering.
Sementara
itu, beberapa perubahan jenis tanaman juga menjadi penanda bahwa musim hujan
segera tiba, salah satunya adalah pohon kosambi dan pohon kayu putih. Di bulan
Oktober biasanya pohon Kosambi mulai muncul daun-daun mulai berwarna merah.
Itulah saat nya petani bersiap-siap menyambut musim hujan.
Aksi-aksi
Adaptasi
Di bagian ini
kita akan melakukan kegiatan-kegiatan adaptasi yang secara garis besar akan
dibagi berdasarkan masing-masing sektor yang mencakup pendekatan adaptasi
struktural dan non-struktural.
Adaptasi
sektor sumber daya air
Bagian ini
memberikan beberapa pilihan kegiatan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim
disektor sumber daya air khususnya air bersih. Berikut beberapa pilihan
kegiatan adaptasi yang bisa dilakukan:
• Memanen air
dengan membuat pengumpul air hujan di atas permukaan tanah atau bak penampungan
air yang memanfaatkan
air hujan dari talang di atap rumah.
• Pemerintah
juga dapat membantu tiap individu memiliki akses air bersih dengan memberi pinjaman
untuk pembelian tangki penyimpanan air.
• Para petani
dapat membangun area penyangga konservasi (area atau bidang yang ditanami
dengan rumput lokal, tumbuhan bersemak, dan pepohonan) pada lahan pertanian untuk
menghindari pencemaran air, menyaring polutan dan memerangkap sedimen.
• Penamanaman
vegetasi tanaman tertentu yang mampu menyimpan air seperti bamboo, trembesi,
mahoni, angsana, beringin, asam jasa, dan sebagainya.nh
• Perbaikan
manajemen dan pemeliharaan sistem penyediaan air yang ada.
•
Perlindungan daerah tangkapan air
• Perbaikan
penyediaan air tanah, penampungan air hujan dan desalinasi.
• Penggunaan
yang lebih baik dari air yang didaur ulang
• Reformasi
kebijakan air termasuk kebijakan harga dan irigasi
•
Pengembangan pengendalian banjir dan pengawasan kekeringan.
Pernahkah
kamu menghitung berapa liter jumlah air yang kamu gunakan sehari-hari baik
untuk keperluan mandi, mencuci, memasak dan keperluan sehari-hari lainnya?
Kebutuhan apa yang paling banyak menghabiskan air? Jika jumlah air yang
digunakan oleh penduduk dalam satu desa dijumlah, berapa liter dalam satu
bulan, satu tahun? Apakah menurutmu selama ini Kamu sudah hemat air atau masih
boros dalam mengkonsumsi air?
Adaptasi
ekosistem dan lingkungan
Kegiatan
adaptasi yang bisa dilakukan akibat dampak perubahan iklim pada ekosistem dan
lingkungan antara lain:
• Pemulihan
kawasan mangrove dan terumbu karang yang rusak baik karena faktor alam maupun
kegiatan manusia. Hal ini bisa dilakukan dengan penanaman vegetasi mangrove yang
disesuaikan dengan kondisi lahan kawasan pesisir, atau pencangkokan terumbu
karang.
•
Rehabilitasi kawasan hutan rusak baik karena penebangan liar maupun akibat
kebakaran.
• Mencegah
aktifitas penambangan pasir di wilayah pesisir.
• Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk meninggalkan cara membuka lahan pertanian
dengan cara membakar.
•
Mengembangkan sistem peringatan dini kebakaran hutan dengan mengintegrasikan
pendekatan teknologi dan pendekatan berbasis komunitas.
• Untuk
masyarakat yang bermukim di wilayah banjir, pembangunan rumah-rumah
panggung
Coba
diskusikan dengan teman-temanmu jenis ancaman bencana apa saja yang terkait
perubahan iklim yang sering terjadi di tempat tinggalmu ! Apakah kamu bisa
mengenali kapan ancaman bencana itu terjadi dan apa saja tanda-tandanya? Apa
yang biasanya kamu lakukan
bila terjadi ancaman bencana itu di desamu?
Adaptasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Pengaruh
iklim terhadap wilayah pesisir sangat dirasakan oleh para nelayan, lebih
seringnya musim angin besar dan pasang menghambat serta mengurangi aktifitas
para nelayan mencari ikan ke laut. Berikut ini beberapa pilihan kegiatan
adaptasi untuk ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Di dalam dokumen RAN
API 2014
sasaran strategi adaptasi perubahan iklim untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil meliputi:
1.
Peningkatan kapasitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
terkait dengan isu perubahan iklim
2.
Pengelolaan dan pendayagunaan lingkungan dan ekosistem untuk adaptasi perubahan
iklim
3. Penerapan
tindakan adaptasi struktural dan non struktural di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil yang rentan terhadap perubahan iklim
4.
Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
5.
Peningkatan sistem pendukung adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil
Di bawah ini
beberapa contoh kegiatan adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil baik yang bersifat reaktif maupun proaktif.
•
Perlindungan infrastruktur ekonomi seperti pelabuhan, tempat pelelangan ikan.
• Membangun
struktur keras, seperti dinding laut yang bertindak sebagai dinding pertahanan
untuk mencegah erosi pada dataran
tinggi, gelombang badai atau banjir.
• Membangun
zona jarak aman yang menentukan batas aman pemukiman dari pinggir pantai.
• Konservasi
dan restorasi terumbu karang, rumput laut, dan vegetasi pinggir pantai seperti
hutan bakau karena sistem akar padat hutan ini membantu melindungi pantai dari
kenaikan permukaan air laut dan mencegah erosi dari gelombang dan badai.
Mengembangkan pertanian pesisir (aquaculture)
mengembangkan tambak dan jenis ikan yang selama ini dapat berkembang biak di
muara sungai ataupun mengkombinasikan dengan sistem pertanian dan peternakan lain
Adakah
penduduk di desamu yang bermatapencaharian sebagai nelayan? Jika ya, apakah
mereka memiliki kalender musim sendiri untuk menentukan kapan saatnya menangkap
ikan? Pada bulan-bulan apa saja biasanya persediaan ikan melimpah dan pada
bulan apa
saja ikan sangat sulit didapatkan?
Adaptasi sektor
Infrastruktur dan permukiman
Sebagaimana
dijelaskan di bagian sebelumnya, dampak perubahan iklim terhadap infrastrukur menimbulkan
kerugian yang sangat serius. Hal ini terutama untuk wilayah-wilayah yang
mengalami banjir, gelombang pasang dan abrasi pantai. Berkilo-kilo meter jalan
tiap tahun harus diperbaiki karena rusak oleh genangan air
hujan dan ini
berarti harus menghabiskan keuangan Negara. Bukan hanya itu, roda perekonomian
juga terpukul karena pasokan barang dan makanan tidak lancar karena truk-truk pengangkut
barang terjebak kemacetan berhari-hari seperti yang sering terjadi di jalur
pantura Pulau Jawa. Demikian pula longsor, angin kencang
atau puting
beliung dan abrasi pantai seringkali menghancurkan rumah-rumah nelayan bahkan
bisa menghancurkan infrastruktur vital. Berikut ini beberapa kegiatan adaptasi
dibidang infrastruktur dan permukiman:
• Penetapan
batas sempadan pantai mengikuti kententuan perlindungan pantai dari erosi atau
abrasi dan perlindungan sumberdaya buatan dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya
dalam hal ini termasuk dan diperburuk oleh kenaikan paras muka air laut.
• Pembuatan
sistem drainasi perkotaan yang telah mempertimbangkan volume air untuk
mengantisipasi intensitas hujan dan berwawasan lingkungan.
•
Pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengendalian banjir
dan kekeringan, misalnya mengembangkan kolam tampung air dan tanggul pantai
untuk
menanggulangi potensi banjir dan rob/gelombang pasang.
•
Pengarusutamaan konsep kota dan peran masyarakat yang memiliki daya tahan terhadap
dampak perubahan iklim (Climate Change resilience).
• Pembangunan
sarana dan prasarana sistem sanitasi dan pengelolaan limbah yang tangguh
terhadap perubahan iklim.
• Pembangunan
sarana dan prasarana transportasi dengan mempertimbangan risiko oleh perubahan
iklim baik jalan, jembatan, perkeretaapian, pelabuhan dan bandara.
•
Implementasi pembangunan perkotaan hijau (green cities) dan peningkatan kualitas
infrastruktur permukiman di kawasan perkotaan.
Coba
perhatikan bangunan rumah penduduk di desa tempat kamu tinggal ! Apakah
bangunan yang ada dibuat agar tahan terhadap terpaan angin kencang? Adakah cara
atau teknologi tradisional yang diterapkan oleh penduduk di desamu agar
bangunan/rumah yang ada tahan terhadap aneka jenis ancaman bencana (banjir,
longsor,
angin kencang).
0 Komentar